Home / Seni dan Budaya / 19 Reportase Menarik dalam Buku ‘Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam’

19 Reportase Menarik dalam Buku ‘Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam’

REDAKSI17.COM – Judul buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam ini terinspirasi dari ungkapan bahasa Madura, “Emok ngetong jhelenna ajhem, kaloppae sokona dhibik niddhek tamancok”, yang artinya: mereka itu sibuk menghitung langkah ayam, tapi lupa kaki mereka itu justru menginjak kotoran ayam.

Identitas Buku

Judul: Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam

Penulis: Rusdi Mathari

Penerbit: Buku Mojok

Cetakan: II, April 2022

Tebal: vi + 214 halaman

ISBN: 978-602-1518-63-8

Ulasan Buku

Sebagai pria kelahiran Situbondo Jawa Timur, Rusdi Mathari sangat paham seluk-beluk kondisi juga adat berbagai daerah di dalam Jawa Timur, terlebih menyangkut pengusiran penganut paham Syiah serta pembakaran tempat tinggal mereka di tempat Pulau Garam. Sajian laporan ala Cak Rusdi yang dimaksud sangat mendalam lalu detail ini, menimbulkan pembaca mengetahui duduk perkara hingga ke akar-akarnya.

Aksi pembakaran rumah-rumah orang Syiah oleh massa itu terjadi pada Kamis, 29 Desember 2011 di area Karang Gayam serta Bluuran, Sampang, Madura, Jawa Timur. Rumah yang digunakan dibakar pada Karang Gayam adalah milik Tajul Muluk, sedangkan yang digunakan di tempat Bluuran merupakan rumah milik Iklil Milal.

Keduanya adalah kakak beradik yang tersebut dikenal sebagai ustaz Syiah. Sejak peristiwa itu, keduanya ditahan, diadili, lalu divonis penjara dua tahun oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sampang, Juli 2012, oleh sebab itu dianggap mengajarkan aliran sesat.

Dalam reportase ini disebutkan pula pembiasaan-pembiasaan orang-orang Syiah yang berbeda dengan tradisi ibadah umat Islam Indonesia pada umumnya. Salah satunya, mereka mengagung-agungkan Sayyidina Ali, tapi memaki-maki sahabat Nabi yang dimaksud lain. Siti Asiyah disebut pelacur.

Selain itu, ajaran Syiah yang dibawa Tajul dan juga Iklil memperbolehkan berhubungan badan meskipun istri sedang datang bulan. Melakukan salat fardu belaka tiga waktu. Dan mengharamkan tarawih kemudian tadarus al-Qur’an. Fanan, salah satu pengikut ajaran Syiah mengaku tiada pernah salat Jumat, dengan alasan sebab orang yang tersebut menunaikan salat Jumat harus bersih juga wangi sehingga tiada ada alasan bagi orang yang mana kotor kemudian bau untuk menunaikan salat Jumat.

Tak ketinggalan, dalam mengupas ciri-ciri orang Madura yang dimaksud menganut ajaran ahlus sunah wal jamaah kemudian NU sejati, biasanya dia suka mengenakan sebongkah akik di area jari manis kanan-kirinya, membaca qunut ketika Subuh, gemar tahlilan kemudian senang membawa jimat.

Kebiasaan orang Madura ketika ada tetangga yang ditimpa musibah kematian, akan membawa segantang beras atau sebungkus gula sebagai tanda terlibat berduka. Lalu ketika pulang, pihak keluarga yang berduka akan menitipkan bingkisan merupakan nasi lalu sebagainya.

Kalau ada pihak keluarga yang berduka lupa, atau tak memberikan bingkisan kepada orang-orang yang mengambil bagian melawat, dengan mudah orang-orang akan memberi cap keluarga yang digunakan berduka itu sebagai pengikut Muhammadiyah atau sesat.

Dan masih banyak lagi. Begitulah gaya Cak Rusdi dalam memaparkan laporan temuannya di tempat lapangan. Menukik, menarik, lalu menggelitik. Selamat membaca!

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *