Jakarta,REDAKSI17.COM – Setidaknya ada 6 raksasa teknologi yang dimaksud dimaksud diramal akan datang tumbang dalam beberapa kuartal ke depan. Mereka yang dimaksud digunakan disebut “Top 6” terdiri dari Apple, Amazon, Alphabet, Meta, Microsoft, kemudian Nvidia,
Pertumbuhan laba per saham (EPS) untuk keenam raksasa teknologi ‘Top 6’ hal itu diproyeksikan turun menjadi 15,5% pada kuartal pertama 2025, dari perkiraan 42,2% untuk periode yang mana digunakan serupa tahun ini.
Prediksi itu diungkap oleh Jonathan Golub, ahli strategi UBS Global Research. Ia juga mencoba menurunkan peringkat perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar tersebut.
“Penurunan peringkat Top yang mana dimaksud kami lakukan, dari ‘Overweight’ menjadi ‘Netral’, tiada didasarkan pada valuasi yang dimaksud dimaksud diperpanjang, atau keraguan terhadap kecerdasan buatan,” kata Golub, dikutip dari Reuters, Sabtu (27/4/2024).
“Sebaliknya, hal ini merupakan pengakuan terhadap persaingan yang mana itu sulit kemudian kekuatan siklus yang digunakan mana membebani saham-saham ini,” ujarnya menjelaskan.
Kendati demikian, saham-saham perusahaan teknologi lainnya pada luar ‘Top 6’ diramal akan berkinerja lebih banyak lanjut baik. Kenaikan EPS-nya ditargetkan hampir 26% pada kuartal pertama 2025, dari 11,1% yang digunakan diproyeksikan untuk periode yang mana mana sejenis tahun ini.
Perusahaan-perusahaan Top 6 yang hal tersebut dianggap sebagai pemimpin sektor teknologi kemudian kinerja S&P 500, akan melaporkan hasil kuartalannya dalam dua minggu ke depan.
Meningkatnya imbal hasil obligasi, data perekonomian AS baru-baru ini yang lebih tinggi tinggi tinggi dari perkiraan, kemudian ketidakpastian seputar prospek penurunan suku bunga Federal Reserve juga membebani saham-saham dengan valuasi tinggi.
Momentum pendapatan 6 perusahaan ini telah terjadi lama mengalami empat gelombang siklus yang berbeda. Dimulai saat pandemi Covid-19 yang hal itu menggalakkan permintaan konsumen terhadap komputer pribadi (PC), belanja online, juga media sosial.
Kemudian, setelah pandemi mereda kemudian perekonomian dibuka kembali, laba berkurang lantaran berkurangnya permintaan terhadap barang teknologi, sehingga menyokong kontraksi pertumbuhan EPS pada 2022.
Lalu pada 2023, peningkatan laba disebabkan oleh perbandingan yang dimaksud lebih lanjut besar mudah lalu pengurangan biaya operasional perusahaan.
“Pendapatan diproyeksikan akan kembali normal dengan cepat di tempat tempat sektor teknologi mega-cap, menyusul penurunan tajam dalam pertumbuhan laba dari 4Q23-3Q24,” kata Golub.
Perusahaan-perusahaan itu saat ini melakukan perdagangan pada kisaran 21.6-39 kali rasio biaya terhadap pendapatan (PE) 12 bulan ke depan, sedangkan indeks acuan S&P 500 membuka perdagangan baru sekitar 25 kali.