Jakarta,REDAKSI17.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles tambahan banyak dari 1% pada perdagangan sesi I Kamis (26/10/2023), dalam dalam tengah memburuknya sentimen pasar global setelah adanya indikasi bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) masih cukup kuat dalam dalam kuartal III-2023.
Per pukul 10:49 WIB, IHSG ambles 1,61% ke posisi 6.724,52. IHSG kembali terkoreksi ke level psikologis 6.700 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitaran Rp 4,1 triliun dengan melibatkan 8 miliaran saham yang digunakan mana berpindah tangan sebanyak 583.362 kali. Sebanyak 140 saham terapresiasi, 378 saham terdepresiasi serta 177 saham stagnan.
Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada hari ini, seperti sektor teknologi yang tersebut dimaksud mencapai 1,98%, kemudian sektor keuangan sebesar 1,67%, sektor energi sebesar 1,57%, lalu sektor material baku sebesar 1,33%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang mana hal tersebut menjadi laggard IHSG pada sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -17,02 | 4.970 | -3,96% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | -9,58 | 3.520 | -2,22% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | -8,96 | 5.725 | -2,14% |
Bayan Resources | BYAN | -5,75 | 18.900 | -1,82% |
Bank Central Asia | BBCA | -5,30 | 8.800 | -0,85% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -4,11 | 58 | -3,33% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham raksasa perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di tempat dalam Bursa Efek Indonesia yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 17 indeks poin.
IHSG ambles mengikuti pergerakan pasar saham global yang digunakan juga ambles pada hari ini juga kemarin. Sentimen pasar global kembali memburuk setelah adanya indikasi bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) semakin kuat juga menghasilkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) cenderung mempertahankan kebijakan hawkish-nya.
Pasar global berekspektasi bahwa pertumbuhan dunia bidang usaha AS untuk kuartal-III 2023 (quarter-on-quarter/qoq adv) menjadi 4,3% qoq dibandingkan kuartal-II yang mana sebesar 2,1%.
Ekonomi AS yang tersebut yang masih kuat didukung dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi kuartal nya yang yang berpotensi meningkat, akan memberikan tekanan terhadap rupiah oleh sebab itu penanam modal melihat dunia usaha AS saat ini sedang ketat juga juga panas.
Hal ini dapat memproduksi The Fed akan masih bersikap hawkish dalam waktu yang digunakan hal tersebut lebih lanjut banyak lama oleh sebab itu dunia usaha AS masih cukup kuat.
“The Fed mengambil langkah dengan hati-hati serta para pembuat kebijakan akan menyebabkan keputusan mengenai sejauh mana kebijakan tambahan akan diperkuat kemudian berapa lama kebijakan akan tetap bersifat restriktif berdasarkan totalitas data yang tersebut masuk, prospek yang digunakan dimaksud berkembang, juga keseimbangan risiko, kata Ketua The Fed, Jerome Powell dalam dalam Economic Klub New York.
Powell menambahkan bahwa kebijakan ketat memberikan tekanan pada aktivitas sektor ekonomi juga inflasi. Namun, bukti tambahan mengenai pertumbuhan yang dimaksud dimaksud terus-menerus berada pada atas tren, atau bahwa pengetatan pasar tenaga kerja tak lagi berkurang, dapat menempatkan kemajuan inflasi tambahan besar lanjut dalam risiko serta memerlukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut lanjut lanjut.
Powell juga mencatat bahwa inflasi masih terlalu tinggi serta bahwa pengembalian berkelanjutan ke sasaran inflasi 2% kemungkinan memerlukan periode pertumbuhan dalam tempat bawah tren kemudian kondisi pasar tenaga kerja yang dimaksud digunakan lebih tinggi besar lemah.
The Fed mempertahankan kisaran target suku bunga dana federal pada level tertinggi dalam 22 tahun sebesar 5,25%-5,5% pada pertemuan September 2023.
Sementara para pelaku pasar melihat The Fed masih akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan 1 November mendatang. Menurut perangkat Fedwatch, Pasar meyakini 97,5% The Fed tetap mempertahankan suku bunga.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah barang jurnalistik terdiri dari pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tiada bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau memasarkan komoditas atau sektor penyertaan modal terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tiada bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.