Home / Reportase / 7 Fakta Horor Kematian Santri di Ponpes Al Hanifiyah Kediri: Korban Sempat Ketakutan, Ibu Minta Tolong Hotman Paris

7 Fakta Horor Kematian Santri di Ponpes Al Hanifiyah Kediri: Korban Sempat Ketakutan, Ibu Minta Tolong Hotman Paris

7 Fakta Horor Kematian Santri pada Ponpes Al Hanifiyah Kediri: Korban Sempat Ketakutan, Ibu Minta Tolong Hotman Paris
Kediri,REDAKSI17.COM – Kasus kematian santri berinisial BB yang dianiaya oleh seniornya di tempat Ponpes Al Hanifiyah Kediri, Jawa Timur, mulai menguak fakta baru. Korban yang tersebut masih 14 tahun itu tewas di area tangan 4 seniornya.

Kematian remaja dengan syarat Banyuwangi ini pun memproduksi pihak keluarga membawa kasus ini ke jalur hukum. Apalagi, terjadi sebagian kejanggalan dalam kematian BB. Ditambah pihak Ponpes Al Hanifiyah Kediri dinilai lepas tangan atas kematian salah satu santrinya.

Lalu, apa semata fakta-fakta yang terungkap atas kematian BB ini? Simak inilah selengkapnya.

Sempat ketakutan, memohon dijemput ibu

Ibu BB, Suyanti (38), menyesalkan kematian sang anak. Terlebih sebelum meninggal, putranya sempat meminta-minta sang ibu untuk menjemputnya.

Hal ini terlihat dalam tangkapan layar percakapan antara Suyanti juga sang anak. Dalam percakapan itu, sang anak mengaku ketakutan. Namun sayang, jawaban sang ibu tak terduga.

Cepet ma sini,” tulis BB yang digunakan memohon kepada sang ibu.

Gak kasian mirip umak,” jawab Suyanti.

Aku takut,” jawab BB kepada Suyanti.

Suyanti pun sempat menawarkan akan memberikan uang kepada BB, asalkan sang anak tak memaksa untuk pulang. Tetapi dalam percakapan tersebut, BB tetap memaksa untuk segera dijemput sebab ketakutan.

Sayangnya, Suyanti tiada mampu menjemput sang putra, lalu malah mendapatkan kabar dari pihak ponpes bahwa anaknya sudah meninggal dunia.

Pihak Ponpes larang keluarga mengakses kain kafan

Kabar kematian BB pun memproduksi Suyanti dan juga keluarganya syok. Semakin menyesakkan, pihak ponpes malah melarang keluarga membuka kain kafan saat mengantarkan jenazah BB ke rumahnya di area Karangharjo, Banyuwangi.

Larangan itu tentu menimbulkan pihak keluarga curiga. Apalagi, pihak keluarga juga melihat adanya bercak darah pada kain kafan BB, sehingga akhirnya memaksa untuk membuka kain kafan.

Tubuh korban penuh luka, wajah hancur

Saat kafan dibuka, keluarga begitu syok. Bagaimana tidak, banyak bagian tubuh korban yang berdarah dan juga mengalami lebam. Wajah korban bahkan terlihat hancur. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka-luka lalu ada sundutan rokok.

Penampakan horor jenazah korban itu menciptakan keluarga murka. Mereka langsung melaporkan kematian BB ke kepolisian, serta menuntut pihak ponpes memberitahu kejadian sebenarnya.

Pihak Ponpes diduga lepas tangan

Pihak keluarga juga sangat marah dengan sikap pihak ponpes. Pasalnya, pihak ponpes belaka mengantarkan jenazah korban tanpa memohonkan maaf, ataupun menawarkan aktivitas lanjut sebagai penyelenggara pendidikan.

Pihak ponpes juga diduga berusaha menutupi kasus kematian BB akibat masih banyak santri yang digunakan bersekolah di tempat sana.  Tak sampai dalam situ, pihak ponpes bahkan hanya saja mengatakan alasan kematian BB akibat terjatuh pada kamar mandi.

Ponpes ternyata tak mempunyai izin

Kasus ini begitu mencuat di tempat publik, langsung diambil alih oleh pihak Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Pihak Kemenag Jawa Timur pun mengungkap bahwa Ponpes Al Hanifiyah ternyata belum mempunyai izin pesantren.

“TKP kejadian yang ada dalam Pondok Al-Hanifiyah. Tapi baik pelaku maupun korban belajarnya dalam MTs Sunan Kalijogo di tempat Pondok Al-Islahiyyah. Keberadaan Ponpes Al-Hanifiyah itu belum memiliki izin pesantren,” ungkap Kabid Pendidikan Diniyah lalu Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Jatim, Mohammad As’adul Anam.

Empat santri jadi tersangka

Polsek Kediri akhirnya mengusut kasus kematian santri yang mana diduga menjadi korban penganiayaan beberapa seniornya di area Ponpes Al Hanifiyah.

Usai melakukan olah TKP, pihak Polres menangkap empat orang santri yang mana diduga menjadi pelaku penganiayaan terhadap BB. Mereka adalah MN (18) selama Sidoarjo, MA (18) jika Nganjuk, AF (16) selama Denpasar kemudian AK (17) jika Surabaya.

“Minggu malam tadi kami telah dilakukan mengamankan 4 orang santri kemudian sudah kita tetapkan sebagai tersangka. Kita juga lakukan penahanan untuk proses penyidikan lebih lanjut lanjut,” ujar Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji kepada awak media, Senin (26/2/2024).

Ibu korban minta bantuan Hotman Paris

Sebagai ibu, Suyanti berusaha memperjuangkan keadilan atas kematian putranya. Ia pun mengajukan permohonan bantuan tim pengacara kondang Hotman Paris untuk mengusut kasus ini.

“Saya membutuhkan pendamping yang benar-benar membela anak saya untuk menguak kebenaran tentang proses hukum yang dimaksud seadil-adilnya. Saya memohon beliau bapak Hotman untuk mendampingi,” ungkap Suyanti pada Selasa (27/2/2024).

Pihak Hotman Paris pun langsung menghubungi Suyanti juga meminta-minta nformasi lengkap mengenai identitasnya serta sang anak, serta kronologi kejadian.

Kontributor : Dea Nabila

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *