Jakarta, REDAKSI17.COM – Mudik merupakan fenomena yang digunakan ditunggu-tunggu oleh sebagian besar masyarakat Indonesia menjauhi Hari Raya Idul Fitri.
Istilah mudik diartikan sebagai bepergian jarak terpencil bagi orang perantauan yang mana hal tersebut ingin kembali ke kampung halaman.
Mudik pun seakan menjadi tradisi wajib setiap setahun sekali, meskipun istilah mudik sekarang tak hanya saja sekali sebatas pada mendekati Idul Fitri, tetapi juga sanggup terjadi pada libur-libur besar lainnya seperti Natal juga Tahun Baru.
Namun, mudik sudah melekat cukup kental di dalam dalam penduduk sebagai tradisi yang mana wajib dijalani mendekati Hari Raya, sehingga momentum mudik selain waktu yang tiada terlalu besar.
Meski begitu, setiap tahunnya, banyak cerita yang dimaksud yang disebut cukup memilukan saat mudik berlangsung, mulai dari kemacetan yang luar biasa, hitungan kecelakaan yang digunakan itu cukup tinggi, dan juga juga cerita memilukan lainnya.
Alhasil, jangan sampai momen hal itu rusak sebab macet berkepanjangan khususnya pada Mudik Lebaran 2024 ini.
![]() Kemacetan pada dalam KM 95 Tol Tangerang-Merak KM 95. (CNBC Indonesia/Sefti Oktarianisa) |
Pada Lebaran 2024, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi puncak arus mudik terjadi pada H-2 atau Senin 8 April 2024 sebanyak 26,2 jt orang (13,7%), lalu H-4 pada Sabtu 6 April 2024 sebanyak 23,2 Juta orang (11,98%) serta H-3 atau Minggu 7 April 2024 sebanyak 23,1 Juta orang (11,94%).
“Kelihatannya hari H tanggal 10-11 April puncaknya H-4, H- 3 kemudian H-2 anjuran kita H-5 kemudian seterusnya itu prefer dilakukan, sebaliknya pulang (arus balik) lebih lanjut banyak akhir. Libur anak-anak pada 4-16 April, jadi memungkinkan kepulangan lebih besar besar awal lalu juga kembalinya tambahan banyak akhir, ini juga membangkitkan dunia usaha pada daerah,” ungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Selasa lalu dikutip Kamis (4/4/2024).
Sementara itu prediksi puncak balik nasional ada di dalam tempat H+3 atau Minggu 14 April 2024 sebanyak (40,99 Juta Orang) 21,16%.
Beberapa hal yang digunakan dimaksud turut serta berpengaruh terhadap kelancaran mudik lalu arus balik antara lain sosialisasi kebijakan mudik/arus balik pada umum kemudian aparat, ketersediaan BBM, kesiapan infrastruktur, konektivitas jalan, rest area, buffer zone area.
Selain itu, penyelenggaraan mudik gratis, pengelolaan daerah rawan kemacetan pada area daerah wisata, pasar tumpah (khususnya wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, lalu Jawa Timur), serta kampanye keselamatan berlalu lintas.
Seperti pada tahun sebelum-sebelumnya, titik kemacetan kerap terjadi dalam beberapa tempat yakni Tol Cikampek hingga Tol Cipali, sehingga dalam beberapa tahun terakhir, kedua ruas tol yang mana disebut kerap memberlakukan contra flow (Tol Cikampek) kemudian juga one way (Tol Cipali).
Sedangkan dalam Pelabuhan Merak, sejatinya sejak tahun lalu, kondisinya sudah sangat kondusif. Hal ini akibat kendaraan yang ingin menyebrang tak lagi berfokus pada Pelabuhan Merak, melainkan sudah dipecah menjadi dua Pelabuhan yakni Pelabuhan Merak khusus untuk kendaraan roda empat keatas lalu juga Pelabuhan Ciwandan khusus kendaraan roda dua atau motor.
Sementara saat arus balik pemudik dari Sumatra ke Jawa, Pelabuhan Bakauheni dikhususkan untuk kendaraan kendaraan roda empat keatas serta Pelabuhan Panjang khusus kendaraan roda dua atau motor.
Terlepas dari momok macet parah yang digunakan pasti terjadi dalam area mudik tiap tahunnya, sebenarnya ada kejadian memilukan yang mana digunakan pernah terjadi dan juga juga hingga pada saat ini masih menjadi tragedi mudik paling parah.
Adapun tragedi hal yang disebut yakni tragedi Brexit. Lalu apa itu tragedi Brexit? Simak penjelasannya dalam dalam halaman berikutnya.
Masa mudik Lebaran 2016 pernah melahirkan tragedi yang tersebut mana amat memilukan, yakni tragedi Brexit, pada tempat mana kejadian ini terjadi di dalam dalam gerbang tol Brebes Timur, yang tersebut merupakan bagian dari Tol Pejagan-Pemalang.
Sebutan Brexit sendiri sejatinya merupakan istilah bagi negara Inggris yang dimaksud hal itu ingin melepas dari Eropa, alias kepanjangan dari British Exit.
Tetapi, fenomena Brexit yang dimaksud yang disebut sebenarnya cukup dekat dengan tragedi mudik paling memilukan dalam Indonesia tersebut, sehingga banyak orang yang tersebut mana kemudian memberikan istilah tragedi yang digunakan menjadi Brexit.
Pada 3-5 Juli merupakan puncak arus mudik pada tahun 2016. Ada jutaan orang dari daerah Jabodetabek yang dimaksud pergi ke daerah Jawa Tengah juga Jawa Timur.
![]() Brex |
Beruntung pemerintah saat itu menyediakan tol baru, yakni Tol Pejagan-Pemalang. Tol ini adalah rangkaian tol yang tersebut mana membentang dari daerah Palimanan serta khusus dibangun untuk mengurai kemacetan jalur Pantura. Namun saat itu, tol hal yang disebut baru dibuka setengahnya, yakni Pejagan-Brebes Timur.
Sebagaimana namanya, jalan tol diprediksi akan bebas hambatan, sehingga menarik animo rakyat khususnya kendaraan roda empat untuk melintasi tol. Alhasil, pada dalam tanggal itu jalan tol terpantau ramai.
Hingga akhirnya, ‘bencana’ pun tiba. Di ujung jalan tol yang mana digunakan belum tersambung itu semata-mata ada satu pintu tol, yakni Brebes Timur atau biasa disingkat Brexit.
Jadi, semua kendaraan menumpuk dalam sana. Parahnya lagi, tak lama setelah pintu tol ada persimpangan yang mana digunakan mempertempukan arus kendaraan yang digunakan hal tersebut datang dari arah Cirebon lewat Pantura.
Alhasil, pertemuan dua arus itu menimbulkan kemacetan hebat. Jalan tak mampu jadi menampung volume kendaraan.
Mengutip DetikX, panjang kemacetan dalam jalur Pantura tambahan lanjut dari 20 km. Sedangkan kemacetan yang digunakan terjadi di dalam area jalan tol terbentang sepanjang 25 km, yang digunakan mengular mulai dari Gerbang Tol Brebes Timur hingga kawasan Kanci, Cirebon.
![]() Kemacetan pada Gerbang Tol Brebes Timur, Jawa Tengah, 2016 (Dok. detikcom) |
Selain oleh sebab itu pertemuan dua arus itu, faktor lain yang yang disebut menimbulkan kemacetan parah pada dalam Brexit. Ini adalah pihak kepolisian gagal mengantisipasi lonjakan volume kendaraan yang tersebut dimaksud datang secara serentak pada arus mudik 2016.
Apalagi, gerbang tol Brebes Timur sendiri bukan untuk didesain sebagai gerbang tol besar, melainkan gerbang tol kecil.
Alhasil, sepanjang jalur kemacetan itu banyak pengendara yang tersebut digunakan lelah. Mobil-mobil pun banyak yang dimaksud mogok.
Tercatat ada 17 orang tewas dalam kemacetan ini juga puluhan lainnya dirawat pada rumah sakit. Penyebab korban meninggal dunia bermacam-macam, mulai akibat serangan jantung, keracunan karbon dioksida, hingga kelelahan.
Setelah dua hari dua malam, kemacetan akhirnya terurai juga. Ini usai petugas kepolisian memberlakukan one way pada area Pantura.
Hingga kini, tragedi Brexit masih menjadi tragedi yang yang sangat memilukan dalam Indonesia. Namun sebelum tragedi Brexit, sejatinya masih banyak kasus ‘mudik neraka’.