Jakarta,REDAKSI17.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan realisasi pembiayaan utang per akhir Oktober 2023 mencapai Rp203,6 triliun atau -59,9% dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy). Ini masih 29,2% dari pagu APBN.
“Sampai dengan akhir Oktober kita belaka semata merealisasi pembiayaan utang yang dimaksud semata-mata cuma Rp 203,6 triliun. Ini terpencil lebih banyak besar kecil dari tahun lalu,” terangnya dalam konferensi pers Jumat (24/11/2023).
Rincian utang baru itu berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 185,4 triliun atau mencapai target 26% dari total SBN Neto. Adapun, baru-baru ini, pemerintah merilis sukuk US$ 2 mailiar. “Sukuk kita terbitkan US$ 2 miliar yang mana dimaksud kita terbitkan minggu lalu,” ujarnya.
Sebanyak US$ 1 miliar adalah untuk tenor 5 tahun dengan imbal hasil 5,4% kemudian sisanya US$ 1 miliar tenor 5 tahun dengan imbal hasil 5,6%.
Adapun, penarikan utang ini dilaksanakan kala posisi jumlah agregat kas pemerintah tercatat masih berlimpah. Saldo Kas Per 31 Oktober 2023 Sebesar Rp524,59 triliun. Saldo Kas pada akhir Oktober turun Rp64,37 triliun dari akhir September 2023
Jika dibreakdown dari keseimbangan tersebut, keseimbangan rupiah sebesar Rp 265,73 triliun lalu juga dolar AS sebesar Rp 258,87 triliun. Dari perhitungan Kemenkeu, sisa kebutuhan sisa dalam dolar AS sampai akhir tahun mencapai US$ 1,2 miliar.
Direktur Jenderal Pembiayaan serta Pengelolaan Risiko (DJPPR) Suminto menuturkan penarikan utang baru ini masih on the track sesuai kebutuhan pembiayaan APBN.
“Kami memenuhi penarikan utang sesuai dengan kebutuhan 2023, namun kami juga antisipasi dalam konteks kebutuhan 2024,” ungkapnya.
Suminto meyakinkan pemerintah melakukan penerbitan surat utang sesuai dengan optimal, baik mata uang, tenor, instrumen kemudian imbal hasil sehingga portofolionya optimal.
![]() Menteri Keuangan Sri Mulyani Memberi Keterangan di tempat dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi November 2023 |