Jakarta,REDAKSI17.COM – Pemerintah China disebut merangkul tambahan banyak influencer asing untuk mengakses pasar dalam negeri. Sebagai gantinya, merek akan digunakan sebagai alat menebar propaganda negara tersebut.
Langkah itu terbilang cukup aneh. China selama ini dikenal cukup tegas mengawasi internet dalam negerinya. Mereka yang dimaksud ingin mengakses internet China harus sangat pro-Beijing.
Laporan yang digunakan disebut berasal dari lembaga think tank, Australia Strategic Policy Institute (ASPI). Mereka menganalisa lebih tinggi besar ari 120 influencer asing yang digunakan digunakan berpartisipasi menggunakan beberapa orang raksasa media video streaming seperti Bilibili, Douyin, Xigua juga Toutiao.
Hasil pengamatan menyebutkan kepopuleran para influencer asing meningkat dengan menjual nasionalisme. Dari sana merek berhasil menarik puluhan jt pengikut di area dalam platform-platform China.
“Peraturan internet China menggalakkan pengguna berpartisipasi memperkenalkan propaganda partai, jadi banyak influencer beradaptasi dengan sistem tersebut,” ungkap laporan tersebut, dikutip dari The Register, Senin (27/11/2023).
Menurut laporan yang tersebut sama, tujuan menarik influencer asing adalah melindungi budaya, wacana, lalu ideologi yang digunakan dimaksud dikendalikan Partai Komunis China. Orang-orang dengan pengaruh besar di tempat area media sosial dianggap bisa jadi jadi memasarkan narasi dibandingkan dengan media tradisional.
China disebut membangun studio untuk mengakomodir para influencer asing tersebut. Bukan belaka itu, pemerintah setempat juga merangkul para mahasiswa internasional yang tersebut belajar pada kampus-kampus dalam negeri.
Para mahasiswa itu dikembangkan menjadi talenta muda dengan kemampuan multibahasa. Sementara itu, beberapa siswa lain ditawari hadiah untuk menciptakan video pro-China. Kabarnya beberapa perjalanan juga didanai oleh Beijing.
Laporan itu memperingatkan langkah pemerintah Xi Jinping mampu jadi mempersulit platform, pemerintah, lalu warga asing lainnya. Mereka akan kesulitan membedakan mana konten propaganda lalu tidak.