Jakarta,REDAKSI17.COM – Presiden Joko Widodo atau Jokowi belum lama ini menyorot pertumbuhan kredit perbankan. Dia meminta-minta perbankan untuk lebih banyak lanjut ekspansif dalam menyalurkan pembiayaan, khususnya kepada UMKM.
Secara total kredit UMKM sepanjang tahun ini tumbuh 8,3% secara tahunan (yoy). Akan tetapi bila dirinci penyaluran pembiayaan kepada bidang usaha dengan skala kecil serta menengah mengalami kontraksi.
Mengutip data Bank Indonesia, sepanjang 2023 kredit skala mikro menjadi penopang pertumbuhan UMKM. Per Oktober segmen pembiayaan ini naik 25,3% yoy, saat outstanding kredit kecil lalu menengah merosot.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, bank yang tersebut mana fokus pada segmen UMKM melaporkan pertumbuhan kredit di tempat dalam atas rata-rata industri per September 2023. Kredit UMKM bank pun melesat dalam dalam tengah melambatnya kinerja industri.
Mengutip laporan perusahaan, per September 2023 BRI menyalurkan kredit Rp 1.250,7 triliun, naik 12,5% yoy. UMKM menyumbang 83,06% dalam area antaranya atau Rp 1.038,9 triliun.
Pada September 2023, emiten bersandi BBRI ini mencatat kredit UMKM naik 11,01% yoy. Skala bidang usaha menengah menjadi penopang pertumbuhan dengan kenaikan 30,1% yoy. Kemudian kecil juga menengah, masing-masing, naik 11,6% yoy dan juga juga 5,0% yoy.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan ruang pertumbuhan kredit perusahaan yang digunakan mana dia pimpin masih terbuka lebar.
Bank juga melaporkan ruang likuiditas yang digunakan mana masih mumpuni. Rasio penyaluran kredit terhadap total simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) bank per September 2023 berada pada dalam level 87,76%, di dalam dalam bawah level optimal yakni 90-92%.
Dengan demikian BRI pada sisa akhir tahun ini masih akan ekspansif menyalurkan kredit. “Saya kira yang tersebut itu paling penting adalah dalam situasi yang tersebut digunakan butuh pertumbuhan tetapi likuiditasnya ketat maka kita harus optimal, betul-betul optimal menggunakan likuiditas itu sendiri. Caranya gimana? Itu yang tersebut mana kita sebut just right liquidity, tiada berlebihan tapi juga tak kekurangan,” kata Sunarso, dikutip Kamis (7/12/2023).
Selain itu, bank melaporkan kualitas aset membaik, pada mana rasio NPL turun 2 basis poin (bps) menjadi 3,07%. Posisi loan at risk (LAR) atau kredit dalam risiko juga membaik dari 16,54% pada 2022 menjadi 13,8% per September 2023.
Kendati menurun, BRI tetap meningkatkan LAR coverage dari 49,4% pada 2022 menjadi 50,92%.
Pada periode yang dimaksud yang disebut serupa NPL coverage BRI masih tergolong tinggi, meskipun sudah dalam tren menurun. Hingga kuartal III-2023 NPL coverage BRI berada pada level 228,65% dari sebelumya 305,73% pada 2022.