Jakarta,REDAKSI17.COM – Starbucks mengalami penurunan nilai pasar sebesar hampir US$12 miliar (sekitar Rp 186 triliun) selama sebulan terakhir.
Kerugian yang yang dialami Starbucks ini terjadi oleh sebab itu transaksi jual beli dilaporkan melambat di dalam dalam tengah menurunnya daya beli konsumen juga meningkatnya perselisihan perusahaan dengan karyawannya sendiri.
Ada juga yang digunakan digunakan berspekulasi bahwa penurunan nilai itu menjadi dampak aksi boikot serangan Israel ke Gaza.
Meskipun menghasilkan pertumbuhan jualan yang dimaksud mana tambahan besar baik dari perkiraan sebesar 8% pada kuartal fiskal keempat, nilai tukar saham kedai kopi hal itu melambat dari minggu ke minggu, mengikuti tren pada industri makanan ringan kemudian kopi.
Ketika pasar dibuka pada Senin (4/12), saham Starbucks turun sebanyak 1,6%. Ini terjadi selama 11 sesi berturut-turut yang digunakan merupakan penurunan terpanjang sejak debut Starbucks di dalam tempat umum pada tahun 1992.
Penurunan ini menghapus 9,4% nilai pasar Starbucks, atau turun hampir US$12 miliar, demikian dikutip dari NewYork Post, Minggu (10/12/2023).
Pada jam-jam awal perdagangan pada hari Kamis, biaya saham perusahaan yang digunakan berbasis dalam tempat Seattle itu turun sekitar 6,5% menjadi US$96,90 setiap bulan.
Mogok Kerja lalu Aksi Boikot Israel
Ketika tarif saham Starbucks mulai menurun, perusahaan sedang memperingati Red Cup Day tahunan. Dalam ajang pemasaran tersebut, barista membagikan cangkir bertema liburan berwarna merah yang digunakan yang disebut dapat digunakan kembali secara gratis kepada pelanggan yang membeli kopi pada 16 November, meskipun perayaan itu dibayangi oleh mogok kerja para karyawan.
Ratusan pekerja yang tersebut mana tergabung di dalam dalam serikat pekerja Workers United, memilih untuk meninggalkan pekerjaannya di dalam dalam hari promosi, juga menuntut peningkatan staf kemudian jadwal bekerja mereka.
Sementara staf non-serikat mengalami hari yang mana mana berat sebab kekurangan staf. Mereka kebanjiran pesanan hingga akhirnya minuman menumpuk serta kena damprat pelanggan yang tersebut hal tersebut marah dikarenakan menunggu pesanannya terlalu lama.
Protes itu hanyalah kejadian terbaru perselisihan Starbucks dengan serikat pekerjanya.
![]() Starbucks. REUTERS/Lucas Jackson |
Bulan lalu, kedua entitas hal hal tersebut mengajukan tuntutan hukum yang mana saling bertentangan atas postingan media sosial serikat pekerja yang mana dimaksud menyatakan “Solidaritas dengan Palestina!” setelah serangan mematikan Israel.
Setelah Workers United mempublikasikan pernyataan kontroversial hal itu dalam postingan yang dimaksud dimaksud sudah pernah lama dihapus di tempat area X bulan lalu, yang yang disebut miliki hampir 100.000 followes, Starbucks dengan cepat menjauhkan organisasi itu dari perusahaan.
“Kami dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian kemudian kekerasan, serta tak setuju dengan pernyataan juga pandangan yang tersebut itu diungkapkan oleh Workers United lalu anggotanya. Perkataan serta tindakan Workers United adalah milik mereka, juga mereka sendiri,” kata Starbucks.
Tanggapan yang dimaksud ditafsirkan sebagai bentuk dukungan terhadap Israel atas Palestina, sehingga memicu seruan boikot. Terlepas dari upaya Starbucks untuk meredam seruan boikot, tagar #boycottstarbucks masih menjadi tren pada media sosial.
Menurut Pusat Kreatif TikTok, basis data yang mana merinci wawasan pengguna, tagar hal hal tersebut sudah pernah digunakan sekitar 16.000 kali selama 30 hari terakhir, menghasilkan total 167 jt tampilan.
Di X, pengguna media sosial lainnya tampak menggalang penurunan pasar Starbucks.
“Saya sudah berbulan-bulan tiada pergi ke Starbucks akibat boikot serta saya sangat senang melihat tambahan besar sedikit orang yang tersebut yang pergi ke sana,” tulis individu pengguna bernama Kate.
“KAMI MENANG,” yang dimaksud itu lain menimpali sementara banyak netizen mengatakan penurunan kapitalisasi pasar adalah hal yang tersebut hal tersebut “pantas.”
Ketika The Post menghubungi Starbucks untuk memberikan komentar, juru bicara perusahaan menunjuk pada pesan dari chief partner officer, Sara Kelly, yang digunakan digunakan diposting pada situs web Starbucks bulan lalu.
“Starbucks dengan tegas mengutuk tindakan kebencian, terorisme, kemudian juga kekerasan,” tulis Kelly. “Sebagai tim kepemimpinan, kami ingin sekali lagi menyampaikan simpati terdalam kami kepada mereka yang tersebut mana terbunuh, terluka, terlantar, kemudian terkena dampak akibat aksi teror keji, meningkatnya kekerasan lalu kebencian terhadap orang-orang tak berdosa di tempat area Israel juga Gaza.”
Red