Jakarta,REDAKSI17.COM- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyingkap kata-kata tentang mengenai surplus perdangan Indonesia terhadap China. Dia menilai surplus itu merupakan bukti keberhasilan hilirisasi.
“Kinerja perdagangan juga baik dari segi ekspor positif terus. Bahkan kita positif dengan China. Nah, ini tentunya akibat daripada kebijakan hilirisasi. Dan kita tidaklah ada membayangkan bahwa kita pada titik di tempat tempat 2023 bahwa kita dapat jadi positif dengan China,” kata Airlangga di tempat area acara Musyawarah Nasional Himpunan Peritel lalu Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dikutip dari siaran pers Kementerian Koordinator Perekonomian, dikutip Rabu (17/1/2024).
Airlangga mengatakan surplus perdagangan Indonesia tak cuma dengan China, melainkan juga dengan mitra dagang lainnya seperti Eropa, India kemudian Amerika Serikat. Menurut dia, hal ini menjadi momentum bagi kekuatan perekonomian Indonesia.
“Bahkan kita positif dengan hampir seluruh mitra dagang kita, dengan Eropa, dengan India, dengan Amerika. Sehingga tentu ini merupakan kunci daripada kekuatan perekonomian kita,” ujar dia.
Sebelumnya, Indonesia tercatat mampu mengalahkan China dalam perdagangan pada tahun 2023. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 64,94 miliar sementara impor sebesar US$ 62,88 miliar. Indonesia terakhir kali mencatatkan surplus tahunan dengan China pada 2007 atau 15 tahun silam.
Airlangga mengatakan sektor ritel turut menjadi indikator dalam melihat kegiatan sektor ekonomi makro Indonesia, salah satunya dengan memperhatikan kinerja jualan ritel. Bank Indonesia mencatat Indeks Penjualan Riil bulan Desember 2023 tetap kuat yaitu sebesar 217,9 atau tumbuh 0,1% (yoy). Secara bulanan, pelanggan eceran juga diperkirakan meningkat di tempat area bulan Desember sebesar 4,8% (mtm) sejalan dengan meningkatnya permintaan lantaran perayaan Natal lalu Tahun Baru.
Laporan Euromonitor mencatat transaksi jual beli ritel di dalam tempat Indonesia mencapai US$ 100,4 miliar atau setara Rp 1.526,2 triliun, meningkat 8,6% dibandingkan tahun sebelumnya. “Ini menunjukkan peranan ritel untuk menunjang kegiatan sektor ekonomi serta pemenuhan kebutuhan konsumen,” ujar Airlangga.
Airlangga menyebut untuk menjaga bisnis ritel tetap tumbuh, pemerintah sudah terjadi melakukan penyempurnaan regulasi terkait kemudahan impor juga kemudahan berusaha melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
“Dalam pengembangan sektor ritel, kita harus mempelajari kebijakan negara lain, apakah itu tetangga kita Singapura maupun Thailand, itu menjadi benchmark bagaimana wisata belanja itu sanggup digunakan sebagai driver ataupun sebagai pengungkit untuk mendatangkan wisatawan mancanegara,” kata Airlangga.
Airlangga juga mengatakan bahwa sektor swasta sebagai tulang punggung ekonomi nasional harus berperan terlibat dalam berinvestasi kemudian berinovasi menciptakan konsep baru dalam memenuhi kebutuhan lalu gaya hidup konsumen saat ini.
“Dan tentu ritel ini menjadi pengembangan daripada produk-produk nasional serta juga ritel ini menjadi salah satu masukan untuk pertumbuhan ekonomi. Nah, ini yang mana harus kita persiapkan,” kata dia.