Jakarta, REDAKSI17.COM – Mengatur keuangan sangat penting diimplementasikan demi mencapai kemerdekaan finansial. Dalam mengatur pemasukan serta juga pengeluaran ada 2 pilihan cara untuk mampu meraih tujuan keuangan yang mana tambahan baik, yakni dengan menabung juga berinvestasi.
Namun pertanyaannya, mana yang tersebut dimaksud lebih besar besar baik?
Pakar Perencana Keuangan, Bareyn Mochaddin mengungkap bahwa kedua aktivitas hal itu merupakan dua hal yang digunakan disarankan bagi seseorang yang dimaksud ingin miliki kondisi keuangan yang itu baik, oleh sebab itu keduanya sama-sama bermanfaat.
Dia melanjutkan, menabung disarankan bagi orang yang digunakan digunakan ingin mengumpulkan uang untuk dana darurat, atau ingin mencapai tujuan keuangan dalam jangka pendek (di bawah 1 tahun). Sedangkan investasi, disarankan bagi orang yang tersebut dimaksud ingin mengembangkan uangnya kemudian mempunyai tujuan keuangan jangka panjang.
Meski begitu, menurut Bareyn, dibandingkan menabung, investasi modal berpotensi memberikan imbal hasil yang tersebut digunakan lebih lanjut lanjut tinggi.
“Selain itu, uang yang digunakan mana diinvestasikan juga tiada akan tergerus inflasi kemudian juga biaya administrasi yang dimaksud digunakan biasanya dibebankan pada tabungan,” ujarnya ketika dihubungi CNBC Indonesia, dikutip (19/1).
Namun untuk memulai investasi, seseorang tak sanggup jadi serta merta langsung memulainya tanpa persiapan matang. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mana mana harus diperhatikan jika pemula ingin memulai berinvestasi, misalnya seperti faktor tujuan, legal-logis, risiko, hingga kemungkinan imbal hasil/keuntungan.
Dalam hal tujuan, seseorang harus mengetahui terlebih dahulu untuk apa dia berinvestasi, berapa lama dia mau mencapai tujuan keuangannya. Jika berbeda jangka waktunya, maka berbeda juga barang pembangunan sektor ekonomi yang mana dimaksud dapat jadi digunakan.
Untuk faktor legal-logis, seseorang perlu meneliti apakah barang pengerjaan kegiatan ekonomi yang dimaksud dimaksud dipilih memiliki legalitas, kemudian pastikan imbal hasil yang digunakan ditawarkan logis. Jika dua hal ini tiada terpenuhi, Bareyn menyarankan untuk menjauhi hasil keuangan yang mana ditawarkan atau akan dipilih.
Selanjutnya, penanam modal juga harus memperhatikan faktor risiko. Pasalnya, setiap produk-produk pengerjaan ekonomi mengandung risiko. Untuk itu, seseorang yang dimaksud dimaksud ingin berinvestasi, perlu mengetahui berapa besar risiko yang mana itu ada pada sebuah produk-produk investasi modal juga berapa besar risiko yang digunakan dimaksud sanggup dia tanggung.
Faktor imbal hasil atau keuntungan juga menjadi hal yang digunakan harus diperhatikan selanjutnya. Bareyn menuturkan, saat memilih barang investasi, tiada sanggup seseorang belaka sekali ikut-ikutan tanpa tahu bagaimana kinerja dari sebuah item investasi. Karenanya, perlu melakukan riset atas kinerja dari sebuah item perkembangan sektor ekonomi jika ingin mendapatkan imbal hasil maksimal.
Bayern menyebut, salah satu instrumen yang tersebut mana disarankan untuk pemula adalah saham. Menurutnya, saham mampu jadi pilihan bagi pemula dengan catatan bahwa pribadi pemula sudah miliki ilmu lalu pengetahuan memilih saham yang digunakan baik.
“(Seseorang sudah) mengetahui risikonya, tahu investasinya akan ditujukan untuk apa, juga uang yang mana digunakan digunakan memang uang untuk berinvestasi lalu juga bukan berasal dari utang,” jelas dia.
Dengan penyertaan modal yang dimaksud baik, lanjutnya, seseorang disimpulkan mampu mencapai kemandirian finansial. Namun dia mencatat, seseorang juga perlu melakukan pengelolaan keuangan yang tersebut dimaksud komprehensif jika menginginkan kemandirian finansial.
Artinya, selain berinvestasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, seseorang juga perlu untuk mengelola cash flow-nya dengan baik. Selain itu, perlu juga untuk menjauhkan diri dari utang konsumtif, mempunyai dana darurat, serta menjaga dirinya dari berbagai risiko yang dimaksud dimaksud ada dengan miliki asuransi.
Perlu dicatat, risiko di area area dalam lokasi ini bukan belaka risiko dari komoditas keuangan, tetapi juga risiko lainnya seperti risiko sakit atau bahkan meninggal dunia.
“Bayangkan, jika seseorang tidaklah menyiapkan dirinya dengan asuransi untuk menghadapi risiko sakit, lalu dia sakit, maka dia akan mencairkan investasinya untuk membayar biaya pengobatan. Artinya, semakin sangat dirinya dengan kemandirian atau bahkan kemerdekaan finansialnya,” pungkasnya.