Jakarta,REDAKSI17.COM – Kapitalisasi pasar saham India berhasil melampaui bursa saham Hongkong (Hang Seng)untuk pertama kalinya. Hal ini mendongkrak indeks bursa saham India menempati posisi empat besar paling besar pada seluruh dunia.
Berdasarkan data 22 Januari 2024, nilai akumulasi kapitalisasi pasar dari seluruh emiten yang dimaksud mana listing dalam bursa India berhasil mencapai US$ 4,33 triliun. Nilai yang digunakan untuk pertama kalinya mengungguli nilai kapitalisasi bursa saham Hang Seng yakni US$ 4,29 triliun.
Untuk posisi teratas masih ditempati bursa Amerika Serikat (AS) dengan nilai kapitalisasi pasar jumbo, mencapai US$ 51,5 triliun, kemudian diikuti China sebesar US$ 8,5 triliun serta Jepang senilai US$ 6,5 triliun.
Kapitalisasi pasar bursa saham India terus mencetak rekor setelah menembus US$ 4 triliun untuk pertama kali pada 5 Desember 2023 lalu. Sekitar setengah dari nilai hal itu dicapai cuma dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Dalam setahun terakhir, berdasarkan catatan hingga Rabu (24/1/2024) dua bursa saham India (SENSEX dan juga juga NIFTY 50) sudah pernah melonjak nyaris 20%. Membuatnya jadi indeks yang tersebut digunakan bergerak paling atraktif nomor lima di area area seluruh kawasan Asia, ini juga menandai kinerja tahunan positif selama delapan tahun beruntun.
Bursa Saham Melesat, Investor Retail Mendominasi
Salah satu faktor melambungnya bursa saham India disinyalir berkat pertumbuhan pemodal domestik terutama dari penanam modal ritel yang dimaksud sangat masif.
Melansir data NSE juga BSE, hingga pertengahan 2023 penanam modal retail telah terjadi dilaksanakan mendominasi sekitar 52% pada setiap transaksi harian. Kemudian, diikuti penanam modal institusi domestik menyumbang porsi 29% juga penanam modal asing sebanyak 19%.
Kelompok usia dari penanam modal ritel sebagian besar dalam area rentang 22 – 35 tahun, dengan pendapatan sekitar 500 ribu sampai dengan 30 jt rupee India (kisaran Rp9 jt – Rp500 juta). Jika berdasarkan kapitalisasi pasar atau jumlah agregat total uang yang mana dipegang pemodal retail memegang kepemilikan sekitar 18% pada sepanjang 2022-2023. Angka yang tersebut disebut naik dari periode 2018 – 2022 dimana kepemilikan retail berada pada tempat 11%.
Sementara untuk penanam modal institusi masih mendominasi secara nilai kepemilikan, menurut data Association of Mutual Funds in India Perusahaan atau Asosiasi Reksadana India (AMFI), ada kurang lebih besar lanjut 5000 manajer penyetoran modal dengan dana kelolaan tiap institusi kurang lebih lanjut besar 40 miliar rupee India (sekitar Rp8 triliun).
Jumlah penanam modal ritel yang tersebut hal itu melambung tetapi nilai kepemilikan masih didominasi penanam modal institusi ini menjadi satu keunggulan bagi India. Pasalnya, ini akan menarik volume trading yang mana dimaksud memproduksi likuiditas di dalam area pasar meningkat.
Sejalan dengan itu, ini menunjukkan minat pemodal dalam negeri yang mana digunakan semakin deras kemudian menandai perkembangan sikap pelaku pasar dengan literasi keuangan tambahan tinggi untuk menempatkan dana-nya pada instrumen investasi.
Investor Asing Pindah ke India dari China?
Di mata asing, saat ini India menjadi salah satu emerging market yang digunakan cukup menarik. Pasalnya, dengan jumlah total total penduduk terpadat pada dunia perekonomiannya hingga 2023 lalu berhasil tumbuh pada atas 7% secara tahunan dalam dalam tengah kondisi sektor perekonomian global yang yang melemah.
Ekonomi yang digunakan yang disebut stabil ditengarai berkat pengaturan urusan kebijakan pemerintah yang mana digunakan stabil juga kegiatan sektor ekonomi yang digunakan dimaksud mayoritas digerakkan oleh konsumsi domestik. Sepanjang 2023, dana asing terpantau masuk ke saham-saham India sekitar US$ 21 miliar.
Bersamaan dengan itu, perekonomian India yang mana dimaksud tumbuh positif malah kontras dengan ekonomi China yang hal tersebut saat ini tengah lesu akibat krisis properti hingga deflasi yang mana berlarut-larut. Apalagi ditambah dengan merebaknya tekanan kebijakan pemerintah dari AS yang digunakan mana mengurangi porsi investasi modal dari Tiongkok.
Melansir dari laman the Fortune, CEO Global X ETFs Evan Metcalt menyatakan India menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan struktural yang tersebut hal itu terbaik di area dalam dunia.
“Kami melihat India sebagai negara dengan pertumbuhan struktural terbaik tidaklah cuma di area tempat pasar negara berkembang, namun juga dalam seluruh dunia,” kata Evan.
Lebih lanjut Evan mengatakan “Meskipun pertumbuhan Tiongkok tertahan juga terperosok dalam ketidakpastian, India miliki kesempatan dari generasi ke generasi untuk menjadi mesin pertumbuhan di tempat dalam negara-negara berkembang. Demografi adalah keuntungan utama, ditambah dengan peningkatan generasi muda terpelajar juga pemerintahan progresif yang dimaksud melakukan reformasi struktural penting.”
Beberapa ahli strategis dari Goldman Sachs Group Inc. Guillaume Jaisson kemudian Peter Oppenheimer juga mengatakan bahwa ada konsensus yang digunakan dimaksud jelas bahwa India adalah prospek penyelenggaraan ekonomi jangka panjang terbaik.
“Ada konsensus yang tersebut mana jelas bahwa India adalah kesempatan konstruksi kegiatan ekonomi jangka panjang terbaik,” Ungkap ahli strategi Goldman Sachs Group Inc pada catatan yang mana hal tersebut berisi hasil survei dari Konferensi Strategi Global perusahaan pada Selasa (16/1/2024).
CNBC INDONESIA RESEARCH