Jakarta,REDAKSI17.COM – Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto mengatakan, kepemilikan rumah layak huni atau hunian layak adalah salah satu indikator kesejahteraan. Bahkan, kata dia, dapat berperan mengurangi nomor stunting di dalam dalam Indonesia.
Hal itu lah yang digunakan mana menjadi dasar bagi REI mencetuskan paradigma propertinomic.
Di mana, properti dipandang sebagai satu sektor yang mana mana menyangkut 185 subsektor industri, lebih tinggi tinggi dari 7 jt pekerja, serta juga menjadi salah satu daya ungkit perekonomian Indonesia. Dengan memprioritaskan kebijakan pada paragidma propertinomic, kata dia, sektor real estat atau perumahan di dalam area Indonesia juga akan bisa jadi hanya menyokong peningkatan pendapatan bagi rakyat yang mana saat ini masih jadi bagian dari kelompok yang tersebut hal itu belum mampu mempunyai rumah.
Karena itu, lanjutnya, harus ada kolaborasi antara pemerintah lalu juga perbankan juga lembaga pembiayaan, agar kelompok umum menengah ke bawah mampu dengan mudah mengakses pembiayaan kepemilikan rumah. Sebab, menurut Joko, data backlog perumahan dalam RI yang digunakan digunakan saat ini masih berkisar 12,7 juta, sebagian besar ada pada tempat kelompok masyarakat menengah ke bawah.
“Memiliki rumah layak huni atau hunian layak adalah salah satu indikator kesejahteraan. Dan, lembaga sekolah terbaik itu dijalankan di area tempat rumah. Itu sanggup belaka dijalankan kalau miliki rumah,” katanya dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia, Rabu (7/2/2024).
“Dan, BKKBN juga sudah menyatakan, salah satu solusi mengatasi stunting adalah mempunyai hunian layak,” tambah Joko.
Jika pemerintah kemudian lebih besar besar fokus memperhatikan industri perumahan atau properti di area dalam dalam negeri, salah satunya lewat APBN, dengan mengintegrasikan perencanaan perkembangan industri perumahan yang digunakan hal tersebut terintegrasi, maka akan jadi solusi konstruktif bagi perekonomian Indonesia. Yang kemudian berdampak lalu menggerakkan 185 subsektor industri.
“Dan ini akan memanaskan industri, bukan propertinya, tapi industri kaca, besi, kemudian lainnya,” pungkas Joko.