Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok adalah salah satu orang yang tersebut mempunyai keresahan ini. Sebab menurut Ahok, Prabowo pernah menjadi rival Jokowi dua kali.
Analis intelijen Josef Wenas punya pendapat berbeda perihal ini. Dalam dialognya bersama Akhmad Sahal dalam Youtube Cokro TV, Josef melihat persoalan ini dari maqom kenegarawanan bukan maqom politisi.
Menurut Josef, visi misi Prabowo yang dimaksud tertuang dalam Asta Cita adalah kelanjutan dari Nawa Cita Jokowi dalam tahun 2014 juga 5 Visi Jokowi pada 2019.
Ia mengatakan, Asta Cita Prabowo menajamkan 5 visi Jokowi bicara tentang pengembangan juga industrialisasi. Lalu kata dia, pertanyaannya apakah Prabowo tiada memerlukan Jokowi atau memerlukan Jokowi?.
“Saya kira jawabannya Prabowo memerlukan Jokowi lantaran Jokowi sudah melaksanakan sehingga kalau mau dilanjutkan dan juga ditajamkan justru aneh kalau Prabowo tiada melibatkan Jokowi,” ujar dia.
Akhmad Sahal sebagai pembawa acara berpendapat akan terjadi matahari kembar jika Prabowo sebagai Presiden tetap melibatkan Jokowi dalam pemerintahannya.
Menurut Sahal, Prabowo justru tak nyaman dengan matahari kembar. Sehingga kata Sahal, banyak yang beranggapan Jokowi adalah korban pertama jika Prabowo menjadi Presiden.
Ini lantaran Prabowo tak ingin ada kekuatan Jokowi masih bercokol kuat pada pemerintahannya sehingga network Jokowi dipotong, perannya dikucilkan, termasuk peran Gibran sebagai wapres dikucilkan.
Menjawab hal ini, Josef mengatakan, mana yang tersebut jadi kepentingan lebih tinggi utama Prabowo, apakah memotong network Jokowi atau merealisasikan visi asta citanya.
Kata Josef, Asta Cita adalah janji kenegarawanan Prabowo bukan hanya saja janji politik. Sehingga lanjutnya, apakah ini bernilai kecil sekadar politis atau ini adalah dimensi kenegarawanan Prabowo?
“Kalau saya melihat, ini dimensi kenegarawanan Prabowo yang digunakan menjadi komitmen dia terhadap Jokowi. Ini bukan perihal kecil. Oleh sebab itu kalau anda melihatnya sebagai politisi dapat kemana-kemana tapi Asta Cita ini kan konkret, akan diterjemahkan dalam kebijakan pemerintah anggaran juga dikarenakan konkret harus direalisasikan,” paparnya.
Sehingga papar Josef, Apakah kita mau melihatnya dalam batas urusan politik hanya atau mau melihat dari maqom kenegarawanan juga.
“Apakah ini hanya sekali janji manis kampanye? Saya kira tidak. Karena kalau ini dilakukan, Prabowo bunuh diri, Gerindra bunuh diri, Ini kan harus direalisasikan,” tegasnya.
Josef mengatakan, akan lebih tinggi baik bagi Prabowo berkolaborasi dengan Jokowi sebagai pemilik juga peletak dasar gagasan lalu Prabowo tinggal melanjutkannya.
“Lalu kenapa mesti memotong network, kenapa harus bicara matahari kembar. Matahari kembar jelas tidak ada akan ada dikarenakan konstitusional presidensial kekuasaannya ada pada tangan Presiden,” ucap Josef.
Karena itu menurut Josef, melihat ini harus dari sisi kenegarawanan yang bukan bicara persoalan menang-kalah, bersiasat, memotong jaringan.
“Bukan perihal itu. Soal kenegarawanan merealisasikan visi mereka itu Asta Cita yang merupakan kelanjutan Nawa Cita kemudian 5 Visi Jokowi,” ujar dia.