Jakarta,REDAKSI17.COM – Gerak rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) tak terlalu bergairah pekan lalu. Efek kemenangan Prabowo berdasarkan hasil hitung cepat tak cukup mendongkrak rupiah lantaran inflasi hingga pasar tenaga kerja AS masih panas, ditambah neraca dagang RI merosot.
Pekan ini, pelaku pasar calon mengalihkan fokus pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Hal ini patut dicermati sebab sanggup berpengaruh bagi gerak mata uang Garuda.
Melansir dari Refinitiv, rupiah ditutup stagnan 0% pada nomor Rp15.615/US$ pada Jumat (16/2/2024). Posisi ini serupa dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Sementara dalam basis mingguan rupiah terpantau menguat tipis 0,1%.
Rupiah yang dimaksud mana belaka sekadar menguat tipis ini sangat kontras dengan pasar saham RI yang digunakan mana bergerak lincah akibat Prabowo Effect. Tampaknya mata uang Garuda pekan lalu tambahan tinggi merespon kondisi inflasi kemudian pasar tenaga kerja AS yang hal tersebut masih panas, serta surplus neraca dagang RI yang dimaksud menyusut.
Sebagaimana diketahui, pada pekan lalu Badan Pusat Statistik (BPS) AS merilis data inflasi periode Januari 2024.
Inflasi AS menembus 3,1% (year on year/yoy) pada Januari 2024. Inflasi cuma melandai tipis dibandingkan Desember 2023 yang ada dalam dalam bilangan 3,4%. Inflasi bahkan sangat terpencil di area area atas ekspektasi pasar yang tersebut belaka memperkirakan dalam hitungan 2,9%.
Secara bulanan, inflasi bahkan meningkat 0,3% pada Januari 2024, dari 0,2% pada Desember 2023. Inflasi melonjak lantaran kenaikan tarif pada sektor perumahan kemudian makanan.
Inflasi inti yang bukan menghitung energi serta makanan mencapai 3,9% (yoy) pada Januari 2024 atau mirip dengan Desember 2023.
Inflasi AS yang digunakan dimaksud masih panas ini menciptakan pelaku pasar semakin pesimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga.
Hal itu juga semakin ditambah data pasar tenaga kerja yang tersebut mana masih panas. Di mana untuk pekan yang digunakan yang disebut berakhir pada 10 Februari 2024 data klaim pengangguran malah turun ke 212.000, ini meleset dari perkiraan yang tersebut mana proyeksi tetap pada area 220.000.
Rupiah juga melemah oleh sebab itu bilangan neraca dagang yang digunakan digunakan tak ada sesuai harapan. BPS merilis data neraca perdagangan beserta ekspor impor yang dimaksud tercatat lebih besar banyak rendah dibandingkan dengan ekspektasi pelaku pasar yang digunakan mana dihimpun oleh CNBC Indonesia.
Sebelumnya konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 akan mencapai US$ 2,42 miliar.
Sementara itu BPS melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia Januari 2024 hanya saja sekali surplus US$2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$20,52 miliar. Sementara impor US$18,51 miliar atau naik 0,36% (mtm).
Chief Economist BCA David Sumual menilai perlambatan surplus neraca dagang Januari 2024 sudah selaras dengan melambatnya demand global dan juga juga turunnya nilai tukar komoditas.
Angka yang mana lebih lanjut besar rendah dibandingkan dengan ekspektasi ini memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan domestik termasuk rupiah mengingat perspektif pemodal khususnya pemodal asing terhadap Indonesia menjadi kurang baik.
Lebih lanjut, ULN yang mana dirilis BI juga tercatat mengalami kenaikan pada Desember 2023 atau kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$407,1 miliar atau Rp6.349,13 triliun (Rp15.596 per US$). Angka ini tumbuh 2,7% (year on year/yoy) lalu juga meningkat 1,54% dibandingkan bulan November 2024.
Beralih pada pekan, akan ada pertemuan BI yang dimaksud dimaksud diharapkan menjadi pendongkrak gerak rupiah. Menarik untuk dicermati bagaimana kebijakan terkait suku bunga juga juga tanggapan BI terkait perekonomian global, terutama dari AS yang digunakan masih panas, resesi beberapa negara seperti Jepang serta juga Inggris, juga lainnya.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah sudah mulai terkonsolidasi setelah beberapa hari menguat. Kini rupiah bergerak dalam rentang support terdekat dalam Rp15.580/US$ sampai dengan resistance Rp15.640/US$.
Sebagai informasi, posisi support hal itu didapatkan dari garis horizontal yang digunakan mana didasarkan pada low candle yang dimaksud pernah diuji secara intraday pada 13 Februari 2024. Sementara resistance didapatkan dari garis rata-rata selama 200 jam atau Moving Average (MA200).
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH