Jakarta,REDAKSI17.COM – Presiden Amerika Serikat Joe Biden berencana melakukan pengiriman makanan dan juga juga kebutuhan lainnya, melalui airdrop militer atau pengiriman udara ke Gaza, Palestina.
Rencana ini diimplementasikan setelah ramai serangan warga Palestina yang hal itu tengah mengantre bantuan, yang mana dimaksud disebut sebagai bencana kemanusiaan.
Biden mengatakan pengiriman bantuan dari udara ini dijalani dalam beberapa hari mendatang, meskipun bukan memberikan detail lebih banyak lanjut lanjut. Sebelumnya negara lain seperti Yordania kemudian Perancis juga sudah mengirimkan bantuan dari udara melalui Gaza.
“Kita perlu berbuat tambahan banyak kemudian Amerika Serikat akan berbuat lebih besar lanjut banyak,” kata Biden, mengutip Reuters, Sabtu (2/3/2024).
|
Bahkan Biden mengatakan bantuan yang tersebut dimaksud mengalir ke Gaza itu tiada ada cukup. Ia juga mengatakan juga bahwa AS sedang mempertimbangkan kemungkinan menyalurkan bantuan dalam total total besar ke Gaza melalui koridor maritim.
Juru Bicara Gedung Putih John Kirby menerangkan bahwa bantuan udara yang dimaksud dijalankan merupakan “Upaya berkelanjutan”. Kemungkinan yang digunakan pertama dikirim adalah MRE atau makanan siap saji militer. Pengiriman udara atau airdrops kemungkinan dimulai paling cepat pada akhirnya, kata para pejabat.
Kantor Urusan Kemanusiaan PBB Setidaknya ada 576.000 orang yang digunakan mana berada pada jalur Gaza yang mana digunakan selangkah lagi dari kelaparan. Kemudian Otoritas Kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel sudah pernah lama menewaskan tambahan banyak dari 100 orang saat mencoba mencapai konvoi bantuan dalam dekat kota Gaza pada Kamis pagi.
Israel menyalahkan sebagian besar kematian warga Palestina itu lantaran orang yang tersebut dimaksud berkerumun pada sekitar truk bantuan, sehingga terinjak atau tertabrak. Selain itu seseorang pejabat Israel juga mengatakan pasukannya menembaki kerumunan dikarenakan dianggap sebagai ancaman.
Saat ini warga Palestina menghadapi situasi yang yang semakin menyedihkan dari hampir lima bulan setelah serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 lalu.