Jakarta,REDAKSI17.COM – Pelaku kegiatan bisnis penggilingan menyampaikan kekhawatiran atas perubahan masa panen yang dimaksud sudah terjadi dua tahun terakhir ini. Mereka khawatir tahun ini akan terjadi hal serupa, yakni semata-mata satu kali panen dalam setahun. Di mana biasanya panen mampu jadi terjadi dua kali dalam satu tahun, yakni masa panen raya pada dalam bulan Maret-Mei dan juga juga masa panen gadu Agustus-September.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menampik kegelisahan itu, juga memohonkan agar seluruh pihak optimis, serta terus berdoa agar mudah-mudahan panen beras dalam tahun ini mampu tambahan baik dari tahun-tahun sebelumnya.
“Lah belum kita kerja masa gagal. Optimis dong. Sekarang (Maret) sampai Mei kan aman nih, surplus. Nah sekarang kita tanam hari ini, kita lihat, kita berdoa saja, mudah-mudahan tambahan bagus,” kata Amran saat ditemui CNBC Indonesia pada Hotel Shangri La, Jakarta, Kamis (7/3/2024).
Amran melakukan konfirmasi Kementerian Pertanian akan terus melakukan percepatan tanam, dengan dibantu juga sistem pompanisasi atau sistem irigasi yang tersebut yang memanfaatkan air dari dalam tanah, yang dimaksud digunakan untuk pengairan lahan pertanian dengan menggunakan alat pompa air.
“Kita melakukan percepatan tanam, melakukan pompanisasi, lahan rawa juga seterusnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi serta Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyebut, sudah terjadi perubahan masa panen raya pada dua tahun terakhir ini. Di mana yang mana dimaksud biasanya masa panen raya sanggup terjadi dua kali dalam setahun, namun dua tahun terakhir ini panen raya semata-mata terjadi satu kali. Ia pun khawatir tahun ini juga belaka sekali terjadi satu kali panen dalam setahun.
“Panen raya dua tahun terakhir ini bukan terjadi dua kali lagi. Hanya satu kali. Saya takutnya tahun ini satu kali, pengaruhnya pasti terhadap harga,” kata Sutarto saat ditemui pada tempat Hotel Kempinski Jakarta, Senin (4/3/2024).
Sutarto menjelaskan, normalnya saat panen raya produksi dalam negeri mampu menghasilkan sekitar 5 jt ton setara beras. Tahun ini, pada bulan Maret diprediksi belaka semata dapat 3,5 jt ton beras, April diperkirakan sekitar 4 jt ton beras.
“Tapi yang dimaksud mana kita waspadai, untuk musim panen kedua yang digunakan digunakan seyogyanya musim tanam kedua ini jadi panen raya sekitar bulan Juli-Agustus. Nah kalau ini tidak ada ada terjadi harus siap-siap. Kemungkinan itu sanggup jadi semata terjadi,” jelasnya.
Kekhawatiran itu, katanya, sejalan dengan konservasi lahan sawah yang mana mana masih berjalan. Ia menyebut banyak lahan sawah yang tersebut mana sekarang sudah berubah fungsi untuk kegiatan non-sawah.
“Saya mencatat dengan teman di dalam area lapangan, konservasi lahan di dalam area sawah itu masih berjalan. Saya melihat data seperti itu, meskipun masih hipotesa saya ya, berarti lahan irigasi banyak bergeser konversi ke untuk non-sawah. Menurut saya, dikarenakan luas panen nya kita turun,” katanya.