Jakarta,REDAKSI17.COM – Kasus penggelapan online makin marak terjadi dengan berbagai modus. Ada yang mana masih mempertahankan gaya lama, tetapi banyak pula yang mana dimaksud melancarkan aksi dengan metode lebih lanjut lanjut canggih.
Laporan ‘Internet Crime’ yang tersebut itu dirilis FBI menunjukkan tambahan dari US$ 12,5 miliar atau setara Rp 195 triliun duit lenyap sepanjang 2023 pada Amerika Serikat (AS). Jumlah hal itu ‘dirampas’ para penipu online yang digunakan yang gentayangan di area tempat internet mencari mangsa.
Angka yang mana disebut dihimpun dari berbagai laporan rakyat AS. Jumlahnya naik 22% secara tahun-ke-tahun (yoy).
Sebagai informasi, warga AS dapat mengadukan penggelapan online melalui Internet Crime Complaint Center (IC3) yang mana didirikan FBI. Sepanjang tahun lalu, IC3 menghimpun lebih besar lanjut dari 880.000 laporan masyarakat.
|
Angka kerugian Rp 195 triliun semata-mata sekali berdasarkan laporan yang digunakan mana masuk. The Record Media mencatat jumlah keseluruhan total kerugian yang mana digunakan sebenarnya bisa saja jadi jadi jarak berjauhan lebih lanjut banyak tinggi.
Penipuan online yang dimaksud mana paling banyak menyebabkan kerugian adalah konstruksi sektor ekonomi bodong. Angka kerugiannya naik 38% menjadi US$ 4,57 miliar atau setara Rp 71 triliun.
FBI mencatat lebih lanjut lanjut dari US$ 3,94 miliar (Rp 61 triliun) pada antaranya berasal dari pembohongan penyertaan modal mata uang kripto, dikutip dari The Record Media, Kamis (14/3/2024).
Sejak 2021, laporan penggelapan penyertaan modal tahunan sudah meningkat lebih lanjut banyak dari tiga kali lipat. Salah satu modus yang digunakan dimaksud paling populer adalah penipu pura-pura miliki hubungan personal dengan korbannya.
Sang penipu lantas meyakinkan korban untuk melakukan konstruksi sektor ekonomi mata uang kripto. Menurut laporan, penipu mayoritas datang dari kawasan Asia Tenggara.
Dalam laporan FBI, disebut bahwa modus kecurangan biasanya berbeda-beda tergantung kelompok umur korban.
“Korban berusia 30-49 tahun cenderung melaporkan pembohongan berbasis investasi,” ditulis dalam laporan.
Modus penyalahgunaan kedua yang mana hal tersebut paling banyak mencatat kerugian berasal dari email bisnis. Total kerugiannya mencapai US$ 2,9 miliar atau setara Rp 45 triliun.
Biasanya, penipu meretas akun kegiatan bidang usaha kredibel untuk melancarkan aksinya memangsa korban. Selain itu, banyak juga penggelapan email usaha yang menyamar sebagai penjual real estate.
Ransomware juga dilaporkan naik signifikan setelah sempat mereda pada 2022. Total kerugian yang tersebut digunakan disebabkan mencapai US$ 60 jt (Rp 935 miliar) atau naik 60% yoy.
Sejauh ini, tim pemulihan aset IC3 telah membekukan aliran dana terkait kecurangan senilai US$ 538,39 jt atau Rp 8,3 triliun.