Jatim,REDAKSI17.COM – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul mengatakan deklarasi pasangan dan Muhaimin Iskandar menimbulkan banyak kiai di tempat dalam Jawa Timur merasa nelongso atau sedih.
Hal itu disampaikan Ipul untuk merespons hasil survei Indikator Politik Indonesia yang tersebut menemukan deklarasi Anies-Muhaimin sebelumnya belum memberikan dampak positif pada tingkat elektabilitas Anies di tempat tempat Jawa Timur (Jatim).
Ipul mengatakan deklarasi itu diimplementasikan mendadak sehingga para kiai butuh waktu untuk berpikir.
Ia mengaku mendapat informasi bahwa deklarasi yang tersebut mana dijalankan Anies-Cak Imin tanpa ada pemberitahuan tambahan dulu kepada para kiai. Padahal, kata dia, komunikasi sebelumnya berjalan lancar.
Menurutnya, fenomena pada area atas tergambar dari hasil survei Indikator Politik yang digunakan mana menemukan belum ada dampak signifikan deklarasi terhadap elektabilitas Anies di tempat dalam Jatim.
“Tapi hari ini memang banyak kiai yang dimaksud nelongso, atau prihatin dengan deklarasi yang tersebut cukup mendadak, juga memerlukan waktu untuk mencernanya, juga itu tergambar dalam surveinya,” kata Ipul, Minggu (1/10).
Ipul mengatakan ada juga kiai yang tersebut mana menganggap deklarasi itu sebagai deklarasi untuk meninggalkan Gus Dur. Sebab, Cak Imin berkoalisi dengan kelompok yang dimaksud dimaksud dipersepsikan berseberangan dengan Gus Dur.
Selain itu, deklarasi itu juga dinilai langkah Cak Imin mengoreksi kebijakan Presiden Joko Widodo.
“Karena koalisi dengan orang orang yang dimaksud dimaksud dipersepsikan berseberangan dengan Gus Dur. Kedua, ini juga bisa jadi belaka jadi semacam koreksi terhadap mungkin keputusan presiden, dikarenakan kemudian Cak Imin bersama orang-orang yang selama ini dianggap berseberangan dengan presiden,” kata dia.
“Gus Dur juga presiden sama-sama punya pengaruh dalam area kalangan pemilih,” imbuh dia.
Ipul bercerita usai deklarasi Anies-Cak Imin, diam-diam konsolidasi para kiai tambahan intens. Menurutnya, pertemuan-pertemuan para kiai dengan Anies, Ganjar, Prabowo yang digunakan dimaksud kerap diimplementasikan merupakan hal biasa serta bukan penanda dukungan.
“Tidak serta merta itu menjadikan dukungan, itu dapat jadi setelah pulang, para kiai itu musyawarah lagi, kumpul lagi, musyawarah lagi, yang mana hal itu kemudian ini pada akhirnya akan mengarah dukungan pada salah satu capres,” katanya.