Jakarta,REDAKSI17.COM – Cuaca ekstrem selama periode peralihan musim (pancaroba) ditengarai menjadi penyebab utama amblasnya Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) pada Rabu malam lalu. Hujan yang tersebut itu kerap terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat, adalah pemicu bencana hidrometrologi, seperti banjir bandang kemudian tanah longsor.
Tol Bocimi menjadi salah satu wilayah dalam Jawa Barat yang dimaksud rentan terhadap bencana tanah longsor. Tol Bocimi dibangun dalam perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng bervariasi, mulai landai hingga agak curam. Berdasarkan peta prakiraan Gerakan Tanah bulan April 2024, lokasi ini masuk dalam zona kesempatan gerakan tanah menengah-tinggi. Kelapukan tanah yang mana cukup tebal juga kemiringan lahan yang digunakan mana agak curam, menimbulkan hujan dengan intensitas tinggi juga cukup lama sebagai pemicu terjadinya bencana.
“Ada rongga-rongga atau retakan pada dalam tanah, yang digunakan mana saat hujan terisi air serta juga menyebabkan tanah mengembang, lalu mengakibatkan pergerakan tanah,” jelas Dr. Muhammad Hidayat, Pakar Komunikasi Bencana, “Apalagi kalau kita lihat, kondisi tebing dalam tempat lokasi kejadian memang agak curam serta memperbesar gaya dorong”, Senin (8/4/2024).
Tiga kendaraan yang mana digunakan melaju dari arah Jakarta mengalami kecelakaan: satu MPV masuk lubang sedalam 15 meter, juga dua lainnya menabrak median jalan, akibat amblas yang hal tersebut terjadi. Seluruh korban dievakuasi dengan lancar tanpa korban jiwa.
Saat ini, tengah dilaksanakan analisis untuk perbaikan dalam tempat Tol Bocimi. Kementrian Pekerjaan Umum serta Perumahan Rakyat berencana untuk membangun pondasi penahan sebagai upaya perbaikan temporer, agar jalur yang digunakan mana tiada terdampak longsor dapat dilalui pemudik.
“Selain perbaikan, perlu ada cek kemudian analisis wilayah pada dalam sekitar Tol Bocimi, untuk siaga mengamati retakan-retakan yang mana hal itu terjadi–karena longsor bukan terjadi secara tiba-tiba, ada tanda-tandanya. Selain itu, harus ada rambu atau tanda khusus pada sekitar area rawan bencana longsor, agar pengguna jalan dapat meningkatkan kewaspadaan,” ungkap Dr. Muhammad Hidayat.
“Sebetulnya kondisi amblas di dalam tempat tol ini memang jamak terjadi. Beberapa tahun lalu Cipularang juga mengalami hal ini. Tidak belaka di tempat dalam jalan tol, secara umum wilayah tengah hingga selatan pulau Jawa memang cukup rawan amblas juga juga longsor, apalagi ditambah cuaca ekstrem di area tempat satu puluh hari pertama bulan April,” jelas Kepala Pusat Data, Informasi serta Komunikasi Kebencanaan, Dr. Abdul Muhari, S.Si., M.T..
Pemudik diharapkan mampu tambahan tinggi waspada juga menghindari berkendara dalam kondisi hujan. Hujan yang dimaksud berlangsung lebih lanjut lanjut dari satu jam, meningkatkan resiko amblas serta juga longsor. Beristirahat dalam Rest Area menjadi pilihan terbaik jika kondisi cuaca kurang bersahabat, agar mudik tetap selamat.