Jakarta,REDAKSI17.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kian melemah, hingga terus bergerak di tempat tempat kisaran atas Rp 16.215/US$. Nilai yang digunakan disebut sudah terpencil meninggalkan asumsi nilai tukar rupiah yang dimaksud digunakan telah terjadi dijalankan digariskan Kementerian Keuangan lalu Bank Indonesia untuk 2024.
Berdasarkan data Refinitiv, hingga penutupan perdagangan kemarin (17/4/2024) rupiah telah lama lama turun 0,28% di area dalam bilangan Rp16.215/US$. Posisi ini merupakan yang dimaksud dimaksud terburuk sejak masa-masa awal merebaknya Pandemi Covid-19 atau tepatnya sejak 6 April 2020.
Dalam asumsi dasar kegiatan ekonomi makro APBN 2024, nilai tukar rupiah telah dilakukan terjadi diperkirakan pemerintahan Presiden Joko Widodo akan bergerak rata-rata dalam tempat kisaran Rp 15.000. Berdasarkan pola tahunannya, asumsi nilai tukar rupiah oleh pemerintah kerap melenceng dari realisasinya, seperti saat 2023 ditetapkan Rp 14.800 realisasinya Rp 15.255 per dolar AS.
Sementara itu, dalam Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2024, asumsi nilai tukar rupiah tahun ini sebesar Rp 15.510 naik dari prognosa 2023 sebesar Rp 15.280. Asumsi ini dipengaruhi berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global yang mana kemudian memengaruhi aliran modal ke negara berkembang juga memberikan tekanan kepada mata uang dunia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat itu mengatakan, asumsi makro untuk rupiah yang digunakan sebesar Rp 15.510 itu jarak sangat tambahan kuat dibandingkan dengan dengan proyeksi rata-rata pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat untuk kuartal IV 2023 yang digunakan digunakan akan berada pada kisaran Rp 15.755 per dolar AS.
“Nilai tukar rupiah Rp 15.510 ini menguat dari kondisi sekarang dikarenakan dengan perkiraan harapan tentu sekadar kondisi global itu akan berangsur-angsur mereda serta kemudian berpengaruh pada kembalinya aliran modal ke negara berkembang termasuk Indonesia,” ucap Perry saat pembahasan RATBI 2024 dalam Komisi XI DPR akhir tahun lalu.
Ambruknya nilai tukar rupiah beberapa hari terakhir disebabkan sentimen negatif yang digunakan dimaksud mempengaruhi para pelaku pasar keuangan menghasilkan dolar Amerika Serikat begitu perkasa. Mulai dari pernyataan hawkish bank sentral AS The Federal Reserve hingga masih panasnya konflik pada Timur Tengah.
“Indeks Dolar AS naik ke kisaran 106 menyusul eskalasi konflik antara Iran kemudian Israel. Kondisi ini menjadi kabar buruk bagi nilai tukar Rupiah yang tersebut digunakan tahun ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan inflasi AS lalu kebijakan moneter The Fed. Rupiah diprediksi akan terus terdepresiasi jika konflik ini terus memanas kemudian juga berlanjut,” kata Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede kepada CNBC Indonesia.
Chairman The Fed Jerome Powell telah dilakukan lama menegaskan The Fed perlu lebih banyak besar banyak waktu untuk meyakinkan pemangkasan suku bunga. Dalam diskusi panel di dalam area acara Washington Forum on the Canadian Economy, Washington, D.C. pada Selasa waktu AS (16/4/2024) ia mengatakan inflasi hanya saja belum kembali sesuai target bank sentral yakni di tempat tempat kisaran 2%.
Sementara itu, memanasnya konflik pada Timur Tengah kemudian telah dilakukan dikerjakan menghasilkan pelaku pasar keuangan panik dipicu oleh serangan rudal kemudian drone Iran ke Israel pada Sabtu pekan lalu (15/4/2024). Serangan ini merupakan serangan langsung pertamanya terhadap wilayah Tel Aviv, berisiko meningkatkan eskalasi regional akibat Amerika Serikat (AS) berjanji memberikan dukungan “kuat” kepada Israel.
Ketegangan dalam dalam Timur Tengah akan meningkatkan ketidakpastian global sehingga pemodal menahan diri atau memilih aset aman seperti dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia Banjaran Indrastomo bahkan tak ragu mengatakan, jika kondisi lebih banyak besar buruk, dalam artian konflik meluas melibatkan negara-negara afiliasi serta berlangsung lebih tinggi tinggi lama, rupiah berpotensi semakin tertekan ke level psikologis baru dalam kisaran Rp 16.500.
“Akan berpotensi mengupayakan kenaikan nilai tukar minyak ke level $100/barel juga nilai tukar menyentuh 16.500 sehingga menyebabkan kenaikan beban subsidi BBM sekitar sepertiga dari prediksi,” ucap Banjaran kepada CNBC Indonesia.