Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan RI akhirnya bangkit, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melonjak lebih banyak tinggi dari 1%, rupiah menguat, juga obligasi mulai diburu investor.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan tren positif hari ini. Sentimen selengkapnya yang mana kemungkinan mempengaruhi pasar pada hari ini, Rabu (24/4/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (23/4/2024) ditutup menguat 0,52% menjadi 7110,81. Penguatan ini membalikan tren pelemahan IHSG yang dimaksud hal itu sudah terjadi dalam dua hari beruntun.
Nilai transaksi indeks kemarin cukup ramai mencapai Rp12,20 triliun dengan 19,44 miliar lembar saham yang digunakan berpindah tangan sebanyak 1,10 jt kali. Adapun saham menguat sebanyak 270, melemah 288, sementara bukan berubah ada 225 saham.
Kendati, IHSG menguat, asing terpantau masih mencatatkan perdagangan bersih sebesar Rp127,87 miliar dalam area keseluruhan pasar. Bisa dibilang, sepanjang April ini asing selalu mencatatkan aksi jual saham.
Namun, nilai jualan kemarin terbilang sudah sangat lebih besar tinggi membaik dibandingkan net sell satu hari sebelumnya pada keseluruhan pasar yang hampir menyentuh Rp1 triliun.
Beralih ke nilai tukar rupiah, pada penutupan kemarin bertengger di area area Rp16.215/US$, menguat 0,09% dalam sehari. Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang dimaksud juga mengalami apresiasi 0,12%.
Penguatan rupiah sejalan juga dengan tekanan indeks dolar AS (DXY) yang dimaksud dimaksud mulai mereda. Pada waktu yang digunakan serupa mendekati penutupan rupiah kemarin, sekitar pukul 14.59 WIB nilai DXY sudah turun ke nomor 105,94 atau melemah 0,12% sehari.
Tekanan geopolitik pada tempat Timur Tengah yang mereda juga menjadi salah satu pendongkrak rupiah. Pasalnya, dengan ketidakpastian mereda pemodal kemudian mulai memburu lagi penyertaan modal dalam pasar emerging market. Obligasi salah satunya.
Obligasi acuan 10 tahunan Indonesia nampak juga sudah mulai diburu investor, tercermin dari imbal hasil yang mana mana mulai turun.
Perlu diketahui, dalam obligasi pergerakan imbal hasil kemudian juga biaya itu berlawanan arah. Jika nilai tukar mulai naik, maka imbal hasil akan turun.
Melansir data Refinitiv, imbal hasil 10 tahunan Indonesia mulai melandai ke posisi 7,05%. Nilai ini sudah mulai turun dibandingkan sehari sebelumnya yang dimaksud yang sempat menyentuh 7,08%.