Pubertas dini merupakan kondisi ketika anak mencapai pubertas lebih banyak cepat dari usia yang seharusnya. Kondisi ini dapat dipengaruhi beberapa orang faktor seperti infeksi, kesulitan hormonal, tumor, kemudian cedera otak.
Dalam penelitiannya, peneliti memeriksa 18 tikus betina. Selanjutnya, peneliti membaginya menjadi tiga kelompok yang sama: kelompok kontrol, kelompok dengan paparan cahaya biru selama enam jam, dan juga kelompok dengan paparan cahaya biru selama 12 jam.
“Tanda-tanda pubertas pertama terjadi secara signifikan tambahan awal pada kedua kelompok yang terpapar cahaya biru, dan juga semakin lama durasi paparan, semakin dini pula permulaan pubertas,” kata para peneliti melansir Antara, Rabu (4/10/2023).
Mereka mengamati penurunan kadar melatonin, peningkatan hormon reproduksi (estradiol dan juga hormon luteinizing) kemudian perubahan fisik pada jaringan ovarium tikus yang terkena cahaya biru, yang mengindikasikan permulaan pubertas dini. Tikus yang terkena sinar biru selama 12 jam menunjukkan tanda-tanda kerusakan sel dan juga peradangan pada ovariumnya.
“Untuk pertama kalinya, kami menemukan hubungan langsung antara paparan cahaya biru lalu pubertas dini pada tikus jantan,” kata Dr. Aylin Klnç Uurlu, peneliti utama studi itu.
“Temuan kami selaras dengan penelitian kami sebelumnya pada tikus betina, yang dimaksud juga menunjukkan efek serupa, sehingga memberikan pandangan yang digunakan lebih lanjut komprehensif tentang bagaimana cahaya biru dapat memengaruhi pubertas pada tikus jantan dan juga betina,” sambungnya.
Meskipun hasil yang digunakan sejenis tak dapat dipastikan pada manusia, temuan ini menunjukkan bahwa cahaya biru merupakan faktor risiko terjadinya pubertas dini.
“Karena ini adalah penelitian pada tikus, kami bukan dapat melakukan konfirmasi bahwa temuan ini akan direplikasi pada anak-anak, namun data ini menunjukkan bahwa paparan cahaya biru dapat dianggap sebagai faktor risiko terjadinya pubertas dini,” katanya.