- Pasar keuangan Indonesia kompak melemah dalam area tengah besarnya tekanan global
- Wall Street ambruk pada perdagangan kemarin yang digunakan mana bisa jadi jadi kembali menekan pasar keuangan domestik
- Melemahnya nilai jual komoditas serta masih besarnya tekanan dari eksternal dapat jadi menciptakan pasar keuangan RI lesu hari ini
REDAKSI17.COM – Pasar keuangan Indonesia kompak ditutup melemah pada perdagangan kemarin, Selasa (3/10/2023), dalam mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di tempat area zona merah, begitu juga rupiah kemudian obligasi negara.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,30% atau ke 6.940,89 pada perdagangan Selasa (3/10/2023).
Penurunan IHSG pada perdagangan Selasa kemarin didorong oleh penurunan sektor basic-industry 0,51%, sektor energy 1,91%, sektor finance 0,99%, sektor industrial 1,34%, sektor non-cyclical 0,21%, sektor teknologi 0,73% kemudian sektor transportasi 0,32%.
Sebanyak 193 saham bergerak naik, 331 bergerak turun dan juga juga 262 bukan berubah dengan transaksi turnover 10,12 triliun dengan 19,94 miliar lembar saham. Faktor penurunan IHSG terbesar didorong dari sektor energi yang mana berasal dari penurunan komoditas.
Pada perdagangan Senin (2/10/2023), minyak WTI ditutup ambles 2,17% ke posisi US$88,82 per barel, begitu juga dengan nilai jual minyak brent ditutup anjlok 4,83% ke posisi US$90,71 per barel.
Sedangkan, biaya batu bara ICE Newcastle kontrak November pada perdagangan Senin (2/10/2023) ditutup di area dalam posisi US$ 156,1 per ton atau melemah 0,16%. Pelemahan ini memperpanjang derita pasir hitam yang tersebut digunakan sudah melemah sejak Rabu pekan lalu. Dalam empat hari perdagangan terakhir, biaya batu bara ambruk 4,23%.
Jatuhnya IHSG dipicu oleh ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang digunakan semakin kencang.
Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 28,8% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini tambahan lanjut besar dibandingkan pekan lalu yang digunakan belaka 14%.
Sikap hawkish dari bank sentral AS (The Fed) memberikan tekanan terhadap rupiah akibat suku bunga AS berpotensi mengalami kenaikan sebesar 25 bps di tempat dalam sisa tahun 2023.
Melansir dari Refinitiv pada perdagangan Selasa (3/10/2023), rupiah sempat menembus level psikologis Rp15.600/US$1 lalu ditutup di tempat dalam nomor Rp15.575/US$ atau melemah 0,32% terhadap dolar AS. Posisi ini merupakan yang mana digunakan terlemah sejak 6 Januari 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.
Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas penanam modal seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melesat ke 7,02% pada perdagangan kemarin. Posisi hal itu adalah yang mana tertinggi sejak November 2022 atau 10 bulan terakhir.