Tbilisi,REDAKSI17.COM – Dunia saat ini dihadapkan dengan krisis iklim yang dimaksud dimaksud mengancam kehidupan manusia. Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa mengatakan bahwa semua pihak harus mengambil peran untuk memitigasi hal tersebut.
“Kita dihadapkan pada berbagai tantangan yang digunakan berdampak pada perkembangan manusia lalu ekonomi, dimana banyak kemajuan yang digunakan digunakan terhambat,” kata Asakawa dalam konferensi pers dalam Hotel Biltmore, Tbilisi, Georgia, Jumat (3/5/2024)
Vice-President for Market Solutions ADB, Bhargav Dasgupta menambahkan, dampak krisis iklim itu sudah terasa bagi masyarakat. Pada beberapa negara alami cuaca ekstrem seperti sangat panas atau derasnya hujan di tempat dalam luar biasanya.
“Kita melihat besarnya dampak perubahan iklim terhadap planet, khususnya di dalam area Asia Pasifik,” ujarnya saat berbincang dengan media.
Menurut Dasgupta, apabila tak ada penanganan yang mana hal itu tepat maka situasi buruk akan terus berlanjut ke depan serta membahayakan umat manusia.
Indonesia Sudah Merasakan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan juga juga Geofisika (BMKG) menyebut wilayah Indonesia pun tak lepas dari dampak krisis iklim yang dimaksud mana terjadi secara global.
Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, kemudian Geofisika (BMKG), mengatakan perubahan iklim mencakup berbagai aspek.
“Termasuk peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, kenaikan permukaan air laut, serta dampaknya terhadap lingkungan serta manusia,” kata Dwikorita dalam laman resmi BMKG, dikutip Minggu (5/5/2024).
Contoh nyata perubahan iklim di tempat dalam Indonesia adalah mencairnya gletser atau lapisan es tropis di dalam tempat Puncak Jaya, Papua. Luas tutupan salju abadi pada ketinggian 4.884 mdpl itu menyusut hingga 98%, dari 19,23 kilometer persegi pada tahun 1850 menjadi belaka 0,23 kilometer persegi pada April 2022.
Bukti lain adalah suhu Indonesia yang digunakan dimaksud semakin meningkat setiap harinya. Menurut Dwikorita suhu dunia saat ini sudah mendekati batas yang hal tersebut disepakati bersama pada Perjanjian Paris COP21 pada 12 Desember0215.
Saat itu, seluruh dunia setuju harus membatasi kenaikan suhu rata-rata global dalam bilangan bulat 1,5 derajat Celsius. Namun faktanya, saat ini kenaikan suhu melaju tambahan lanjut cepat juga sudah mencapai kenaikan 1,45 derajat Celsius di dalam tempat atas suhu rata-rata di dalam tempat masa pra-industri.
Dalam catatan BMKG, laju kenaikan suhu pada Indonesia tercatat mecapai 0,15 derajat celsius per dekade.
Dwikorita menjelaskan, merujuk data Bappenas, perubahan iklim berpotensi menurunkan produksi padi Indonesia sebesar 1,13 jt ton juga 1,89 jt ton. Kemudian, lahan pertanian seluas 2.256 hektar sawah juga terancam kekeringan.