Jakarta,REDAKSI17.COM – Pihak berwenang Israel sudah pernah lama menolak akses PBB ke penyeberangan Rafah. Padahal itu menjadi pintu masuk utama bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Kabar disampaikan oleh organisasi internasional pada Selasa (7/5/2024). Jens Laerke, juru bicara badan kemanusiaan PBB OCHA, mengatakan cuma sekali ada cadangan substansi bakar satu hari untuk menjalankan operasi kemanusiaan dalam dalam wilayah Palestina yang mana terkepung tersebut.
“Saat ini kami tak ada mempunyai kehadiran fisik pada tempat penyeberangan Rafah dikarenakan akses kami… sudah pernah ditolak oleh COGAT,” katanya, seperti dikutip AFP mengacu pada badan Israel yang tersebut dimaksud mengawasi pasokan ke wilayah Palestina.
“Kami sudah pernah lama diberitahu bahwa tak akan ada penyeberangan personel atau barang masuk atau keluar untuk saat ini. Hal ini berdampak besar pada jumlah total total stok yang digunakan dimaksud kami miliki,” jelasnya lagi.
“Ketersediaan materi bakar belaka tersedia dalam jangka waktu yang digunakan digunakan sangat singkat … Karena materi bakar cuma masuk melalui Rafah, satu hari penyangga adalah untuk seluruh operasi di tempat tempat Gaza.”
Laerke menyebut jika tiada ada substansi bakar yang tersebut digunakan masuk, situasi akan berbahaya. Langkah hal hal tersebut menjad cara yang mana mana sangat efektif untuk mengakhiri operasi kemanusiaan pada area wilayah tersebut.
“Saat ini, dua jalur utama untuk menyalurkan bantuan ke Gaza terputus,” katanya, merujuk pada penyeberangan Rafah dari Mesir lalu penyeberangan Kerem Shalom dari Israel.
Awal pekan ini Israel mulai melakukan serangan ke titik paling Selatan Gaza Palestina, Rafah. Hal ini tetap dijalani Tel Aviv meskipun sebagian besar dunia, termasuk Amerika Serikat (AS), menentangnya.
Rafah sendiri merupakan titik paling Selatan Gaza yang mana digunakan saat ini sudah pernah dijalani menjadi pengungsian bagi 1,4 jt orang. Para pengungsi tinggal di tempat tempat tenda-tenda yang dimaksud padat, tempat penampungan PBB yang mana dimaksud penuh sesak, atau apartemen yang dimaksud penuh sesak, serta bergantung pada bantuan internasional untuk makanan.
Sejak Israel menyatakan perang sebagai respons terhadap serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober, Netanyahu mengatakan tujuan utamanya adalah menghancurkan kemampuan militer kelompok itu.
Israel mengatakan Rafah adalah benteng besar terakhir Hamas dalam Jalur Gaza, setelah operasi dalam tempat lain membubarkan 18 dari 24 batalyon kelompok militan tersebut. Meski begitu, Hamas sudah berkumpul kembali pada beberapa daerah Gaza Utara lalu juga terus melancarkan serangan.





