Jakarta,REDAKSI17.COM – Banjir bandang yang mana digunakan menghantam Brasil berdampak besar kepada dunia, termasuk Indonesia. Brasil adalah negara eksportir terbesar untuk kedelai sehingga banjir dikhawatirkan mampu melambungkan biaya komoditas tersebut.
Banjir dahsyat pada area Brasil sudah memakan korban jiwa sekitar 100 orang. Banjir terburuk dalam 80 tahun hal itu juga sekarang memicu kecemasan baru yakni melambungnya nilai tukar beberapa jumlah keseluruhan komoditas.
Banjir sudah menghantam beberapa prasarana storage pangan dalam area beberapa wilayah termasuk Rio Grande do Sul yang digunakan mana merupakan lumbung kedelai, beras, kemudian gandum.
Brasil merupakan salah satu lumbung pangan terbesar dalam area dunia. Negara Amerika Latin yang tersebut adalah eksportir terbesar untuk jagung, kedelai, hingga daging.
Mereka juga menjadi lumbung dunia untuk gula.
Dengan peran besar itu tidaklah heran jika banjir pada Brasil menghasilkan dunia was-was. Salah satu yang tersebut digunakan harus diwaspadai Indonesia adalah kenaikan nilai tukar kedelai.
Merujuk data Refinitiv, nilai tukar kedelai pada masa sekarang ini bergerak dalam dalam US$ 12 per bushel. Harga yang dimaksud menjadi yang digunakan tertinggi dalam sebulan terakhir. Harga mampu naik terus jika banjir bandang belum juga surut.
Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), ekspor kedelai Brasil pada 2024 menembus 102 jt ton atau 58% dari total pasokan dunia.
Sebaliknya, Indonesia masuk dalam 10 besar daftar negara importir terbesar untuk kedelai. Bagi Indonesia, kedelai menjadi komoditas penting akibat menjadi material tempe serta tahu yang mana dimaksud merupakan makanan favorit jutaan masyarakat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume impor kedelai mencapai 2,27 jt ton pada 2023. Impor kedelai paling tinggi terjadi pada 2019 sebanyak 2,67 jt ton.
Kendati volume melandai, tetapi data dalam atas menunjukkan secara nilai impor kedelai terus naik, dalam lima tahun nilai impor melejit lebih lanjut besar dari 30% dari US$ 1,10 miliar menjadi US$ 1,47 miliar. Paling tinggi terjadi pada 2022 dengan nilai sebesar US$ 1,63 miliar.
Nilai terus naik oleh sebab itu terbatasnya pasokan serta sejalan dengan kenaikan nilai pangan lainnya, gangguan iklim, hingga perang. Data BPS menunjukkan negara penyuplai kedelai terbesar untuk Indonesia adalah AS dengan volume mencapai 1,9 jt ton.
Brasil ada pada peringkat empat di tempat dalam bawah AS, Kanada, kemudian juga Argentiina. Meski cuma menjadi penyuplai ke empat tetapi nilai kedelai global mengikuti hukum pasokan lalu penawaran pada tingkat dunia. Jika ada persoalan gangguan di area area Brasil maka nilai kedelai dunia tentu belaka akan mengambil bagian tersert naik. Akibatnya biaya tempe lalu juga tahu sanggup mengambil bagian melambung.