Jakarta,REDAKSI17.COM – Salah satu maskapai penerbangan dengan syarat Australia yakni Qantas Airways dikenakan denda hingga Rp 1 triliun oleh otoritas setelah tersandung skandal “penerbangan hantu”. Qantas dituduh memasarkan kursi untuk perjalanan panjang yang dimaksud hal itu sudah pernah lama dibatalkan.
Qantas sendiri menyetujui untuk membayar denda yang dimaksud mencapai US$ 66 jt atau setara Rp 1,05 triliun (asumsi kurs Rp 16.033 per US$).
Adapun, Komisi Persaingan juga Konsumen Australia mengatakan Qantas mengakui bahwa merekan ‘menyesatkan’ konsumen. Hal itu lantaran perusahaan yang dimaksud digunakan mengiklankan kursi di dalam area puluhan ribu penerbangan meskipun penerbangan yang tersebut dibatalkan.
Qantas juga akan memberikan kompensasi sebesar US$ 13 jt (Rp208 miliar) kepada 86.000 pelancong yang mana dimaksud terkena dampak pembatalan lalu kegagalan penjadwalan ulang.
“Tindakan Qantas sangat buruk juga tak ada dapat diterima,” kata Ketua Komisi Persaingan kemudian Konsumen Australia, Gina Cass-Gottlieb, dilansir AFP, dikutip Jumat (10/5/2024).
Banyak konsumen yang digunakan memproduksi rencana liburan, bisnis, juga perjalanan setelah memesan ‘penerbangan hantu’ yang dimaksud dibatalkan,” katanya.
Qantas sebelumnya membela jualan kursi tersebut. Maskapai berargumen bahwa alih-alih membeli tiket untuk kursi tertentu, pelanggan membeli “sekumpulan hak” serta janji bahwa maskapai penerbangan akan “melakukan yang digunakan dimaksud terbaik untuk mengantarkan konsumen ke tempat yang mana mana dia inginkan tepat waktu”.
Namun dalam pernyataan terbaru, Kepala eksekutif Qantas Vanessa Hudson mengatakan tindakan maskapai “mengecewakan pelanggan serta tiada memenuhi standar kami sendiri”. Qantas mengatakan, dalam beberapa kasus, pelanggan memesan penerbangan yang mana telah dilakukan dilaksanakan dibatalkan dua hari atau beberapa hari sebelumnya.
“Kami tahu banyak pelanggan kami yang mana terkena dampak dari kegagalan kami memberikan pemberitahuan pembatalan tepat waktu dan juga juga kami dengan tulus mengajukan permohonan maaf,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Kejadian ini terjadi saat maskapai penerbangan nasional yang mana sudah lama dijuluki sebagai “Spirit of Australia” tengah menjalankan misi untuk memperbaiki reputasinya.
Sebelumnya, Qantas menghadapi reaksi buruk dari konsumen yang digunakan dimaksud dipicu oleh melonjaknya nilai tukar jual tiket, klaim layanan yang mana ceroboh, juga pemecatan 1.700 staf lapangan selama pandemi Covid-19.
Qantas sendiri membukukan laba tahunan sebesar US$1,1 miliar pada tahun lalu. Perusahaan membatasi pemulihan finansial besar-besaran setelah turbulensi akibat pandemi Covid-19 dalam beberapa tahun terakhir.





