Jakarta,REDAKSI17.COM – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak lalu Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan, gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) akan datang miliki prospek yang digunakan mana cukup cerah. Terutama, untuk memenuhi kebutuhan gas dalam dalam negeri.
Penasihat Ahli Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menjelaskan, LNG dapat cuma menjadi alternatif pengganti gas pipa apabila sumber pasokan gas cukup sangat dengan pasar. Misalnya, kebutuhan gas berada di area area Jawa Barat, namun sumber pasokannya berasal dari Kilang LNG Tangguh pada Teluk Bintuni, Papua Barat.
“Kalau pasang pipa kan gak mungkin mirip sekali, makanya jadi LNG, nanti LNG dikirim sehingga untuk PLN, pupuk, gas pipa juga, lalu juga sebagainya. Jadi ke depan secara domestik aja demand-nya akan naik terus,” kata Nanang di area dalam sela acara The 48th IPA Convention & Exhibition (IPA Convex 2024), dikutip Jumat (17/5/2024).
Tak semata-mata sekali dari domestik, prospek permintaan LNG yang mana dimaksud datang dari luar negeri juga diperkirakan akan terus tumbuh. Hal hal itu menyusul kebutuhan akan sumber pasokan gas dari negara seperti Jepang, Korea, Taiwan, China yang tersebut mana semakin besar.
“Kalau gas pipanya infrastrukturnya sudah bagus, mungkin LNG hanya sekali belaka untuk ekspor nantinya. Tapi untuk sekarang ini domestik juga butuh kan, PLN butuh, ini butuh, kemudian pupuk, ya sudah kan gak ada pilihan kita harus tingkatkan kapasitas,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan substansi bakar LNG mempunyai peran yang dimaksud mana cukup penting dalam menyuplai kebutuhan energi dalam daerah yang digunakan belum dilewati gas pipa.
Meski demikian, ia mengakui tarif LNG kalah kompetitif dibandingkan nilai gas pipa, sebab selain terdapat biaya pencairan, lalu tambahan biaya transportasi, ada juga biaya regasifikasi.
“Ya susah, kalau (LNG) gas kan dicairin, diangkut, nah itu kan ada ongkosnya tapi kan kita harus pikirkan satu, security energy,” kata Arifin saat ditanya apakah nilai LNG akan kompetitif dari gas pipa biasa, saat ditemui di dalam tempat Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (8/2/2024).
Terpisah, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, sebelum Indonesia sepenuhnya menggunakan EBT, gas bumi menjadi sumber energi yang itu paling cocok untuk transisi. Apalagi Indonesia mempunyai sumber pasokan gas yang tersebut mana cukup melimpah saat ini.
“Kita masih punya banyak gas kita masih ekspor dalam bentuk gas pipa maupun LNG memang kita impor gas dalam bentuk LPG akibat memang LPG itu kan propana butana, sedangkan yang tersebut digunakan kita gunakan transportasi adalah gas metana etana kemudian juga juga yang tersebut mana kita ekspor adalah LNG,” kata Djoko dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Rabu (21/2/2024).
Masa depan gas pada dalam negeri berbentuk LNG ini juga dipicu oleh pasokan gas bumi melalui pipa yang digunakan diperkirakan terus menurun, sementara proyek gas serta temuan cadangan gas baru akan difokuskan untuk diolah menjadi LNG, seperti Blok Masela.
Sedangkan dari sisi permintaan, diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Berdasarkan neraca gas bumi periode tahun 2023-2032, sektor industri menjadi salah satu konsumen pengguna gas cukup besar saat ini yakni mencapai 30,83%.
Kemudian, diikuti oleh sektor ketenagalistrikan 11,82%, juga pupuk sekitar 11%. Sementara untuk ekspor gas bumi dalam bentuk LNG sebesar 22,18%. Kemudian, melalui gas pipa yakni sebesar 8,40% dengan total konsumsi pada akhir 2023 mencapai 5.868 BBTUD.