Jakarta,REDAKSI17.COM – Harga emas ditutup menguat pada perdagangan Senin (27/5/2024), melanjutkan penguatannya yang dimaksud mana sudah terjadi sejak Kamis pekan lalu pada dalam mana tarif emas global sempat ambruk pada pekan lalu.
Merujuk data Refinitiv, nilai emas ditutup di area dalam posisi US$ 2.350,74 per troy ons, menguat 0,73% pada perdagangan Senin kemarin. Artinya, emas sudah menguat dalam dua hari penutupan perdagangan dengan penguatan 0,96% setelah sebelumnya babak belur. Sebagai catatan, biaya emas sempat ambruk 4% setelah melemah pada Selasa-Kamis pekan lalu.
Penguatan nilai tukar emas global pun cenderung kembali terjadi pada Selasa pagi. Per pukul 06:00 WIB, tarif emas kembali menguat tetapi tipis-tipis yakni 0,03% menjadi US$ 2.351,42 per troy ons.
“Emas telah dilakukan terjadi menderita oleh sebab itu komentar yang dimaksud tambahan hawkish dari pejabat The Fed lalu data sektor perekonomian AS yang digunakan itu lebih tinggi tinggi baik dari perkiraan, sehingga pelaku pasar kembali mengubah waktu penurunan suku bunga pertama The Fed,” kata Giovanni Staunovo, analis UBS, dikutip dari Reuters.
Pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih tinggi banyak lama dari perkiraan sebelumnya agar inflasi mampu turun menjadi 2%, berdasarkan risalah pertemuan kebijakan terbarunya pada pekan lalu.
Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan pada Jumat lalu bahwa ada kemungkinan suku bunga utama yang tersebut mana mempengaruhi kemungkinan kebijakan moneter akan meningkat di tempat area masa depan setelah bertahun-tahun mengalami penurunan. Namun, Waller mengatakan masih terlalu dini jika hal hal itu akan terjadi.
Alhasil, kesempatan penurunan suku bunga kian menyusut, melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 46,5% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September. Peluang ini turun dari sebelumnya yang hal itu mencapai 59%.
Meskipun emas sering kali dianggap sebagai pelindung terhadap inflasi, tetapi suku bunga yang dimaksud tambahan tinggi meningkatkan biaya prospek untuk memiliki aset yang dimaksud dimaksud bukan memberikan imbal hasil.
Di lain sisi, pada perdagangan Senin kemarin, pasar saham AS ditutup akibat sedang libur memperingati Hari Memorial (Memorial Day), sehingga sentimen dari Negeri Paman Sam cenderung minim. Tetapi, pemodal masih menimbang pernyataan para pejabat The Fed yang dimaksud masih cenderung bernada hawkish.
Investor juga tengah menanti pembacaan inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS periode April 2024 yang digunakan akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini, di tempat tempat mana data ini merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed.
Pasar memperkirakan inflasi PCE AS kali ini kembali mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada bulan lalu, berdasarkan survei Reuters, menjaga laju tahunan pada area 2,8%, dengan risiko ke sisi negatifnya.
“Kami memperkirakan biaya jual emas akan tetap berfluktuasi serta kemunduran nilai tukar bukan terlalu dalam, menargetkan tarif emas akan menguji rekor tertinggi baru pada akhir tahun ini,” kata Staunovo dari UBS, dilansir dari Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH