Jakarta,REDAKSI17.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan upaya Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045 tak ada akan mudah. Dia mengatakan tantangan yang mana mana dihadapi RI mungkin tambahan besar sulit dari Korea Selatan.
Dia mengatakan Indonesia dapat melihat beberapa negara dalam Asia yang dimaksud digunakan mampu keluar dari jebakan negara berpendapatan sedang. Beberapa negara itu, kata dia, adalah Jepang, Hongkong, kemudian Taiwan.
“Kita dapat lihat proses untuk menjadi negara maju relatif singkat, yaitu satu dekade atau kurang,” kata Sri Mulyani dalam paparannya pada Komisi XI DPR RI, Rabu, (5/6/2024).
Di lain sisi, Sri Mulyani juga menyebutkan ada negara yang dimaksud gagal keluar dari jebakan negara berpendapatan sedang seperti Argentina. Dia mengatakan negara Amerika Latin itu sempat masuk kategori negara maju, namun mengalami kemunduran kemudian hingga sekarang terjebak sebagai negara berpendapatan sedang-sedang saja.
Sri Mulyani mengungkit cerita negara lainnya yang dimaksud mana berhasil menjadi negara maju dalam jangka waktu yang tersebut relatif sedang. Negara itu adalah Korea Selatan. Dia mengatakan periode lepas landas negeri ginseng itu terjadi pada 1980 hingga 1994.
Dia mengatakan Korea Selatan bangkit menjadi negara maju dikarenakan ditopang oleh sektor manufaktur pada bidang elektronik serta transportasi. Dia mengatakan pada saat itu, perkembangan teknologi elektronik memang baru sekadar akan memuncak.
“Investasi saat itu tumbuh 10,6% pada tempat bidang manufaktur, sektor utamanya adalah elektronik lalu transportasi,” ungkapnya.
Sri Mulyani mengatakan kondisi yang tersebut dihadapi oleh Korea Selatan ketika itu dengan Indonesia pada periode 2020 ke atas tentu berbeda. Dia bilang saat ini, teknologi elektronik sudah sangat berkembang bahkan sudan menggunakan kecerdasan buatan.
Dia mengatakan kondisi yang tersebut digunakan dihadapi Indonesia dengan Korea Selatan ketika itu tentu jarak sangat berbeda. Namun, dia menilai Indonesia dapat menggunakan Korea Selatan sebagai perbandingan, namun dengan penyesuaian atas kondisi yang mana dihadapi saat ini.
“Ini yang dimaksud kita satu sisi buat perbandingan, tapi kita juga perlu beradaptasi dengan (tantangan) hari ini,” kata dia.