Jakarta,REDAKSI17.COM – Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Komunikasi juga Informasi, Firlie H Ganinduto mengatakan ada dua dampak hadirnya Starlink di dalam dalam Indonesia.
Pertama dampak negatif juga kedua dampak positif. Hal ini ia sampaikan usai diskusi dengan para penyedia layanan internet domestik.
“Jadi gini, sebenarnya itu dua hal yang tersebut digunakan berbeda antara sambungan fiber optik serta satelit. Ada positif juga negatif. Tadi dibahas secara detail,” ujar saat ditemui dalam dalam Menara Kadin, Jakarta, Kamis (6/6/2024).
Contohnya, pada saat hujan layanan internet satelit seperti Starlink akan terpengaruh kecepatannya, sementara fiber optik tidak.
“Sebenarnya kalau kita lihat pemetaan itu ada banyak positif yang mana yang digarap masing-masing teknologi, ini mungkin belaka sesuatu yang dimaksud itu perlu ditingkatkan dalam hal memberikan layanan terhadap para pelanggan,” tuturnya.
Ia juga berharap Starlink dapat menjalin kolaborasi dengan penyedia layanan internet atay ISP (internet services provider) lokal dengan bentuk kerja identik yang tersebut dimaksud bermacam-macam.
Misalnya, Starlink dapat menyediakan backbone atau jangkauan kemudian ISP menyiapkan layanan-layanan customer service kemudian lain sebagainya.
“Sebenarnya kesempatan itu masih banyak yang dimaksud mampu dieksplorasi. Tinggal dicari titik temunya,” kata dia.
Selain kemungkinan kerja sama, Kadin menilai ada dampak positif dari layanan internet berbasis satelit itu, yakni dapat membantu memberikan pembagian merata akses internet bagi masyarakat. Mengingat posisi landscape Indonesia yang digunakan berpulau-pulau.
Hal ini oleh sebab itu Starlink menggunakan teknologi satelit low earth orbit (LEO) yang mana dimaksud menghadirkan cakupan internet yang mana luas.
“Jadi tentunya yang hal tersebut kita harapkan ketika teknologi baru dapat diterima dengan baik dengan memberikan atau mendapatkan solusi win-win terhadap pengusaha nasional, tentunya pemain teknologi lain tiada akan ragu untuk masuk ke Indonesia,” tuturnya.
“Itu yang itu kita upayakan agar Indonesia, bukan menjadi negara yang dimaksud digunakan menolak teknologi baru.” pungkasnya