Jakarta,REDAKSI17.COM – Kritik terbuka Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terhadap China atas hubungannya dengan Rusia kemudian sikap dinginnya terhadap pertemuan puncak perdamaian yang mana akan datang dapat berakhir menjadi bumerang bagi Kyiv. Hal ini disampaikan para analis.
Para analis China mengatakan luapan amarah Zelensky merupakan langkah berisiko yang tersebut dapat menyebabkan Beijing marah serta juga terasing, juga juga mendorongnya tambahan dekat ke Rusia.
“China tambahan suka menempatkan dirinya sebagai pembawa perdamaian yang mana digunakan baik hati, lalu ingin agar pemimpin Ukraina menegaskan peran, hubungan, juga kisah itu,” kata Astrid Nordin, ketua Lau Hubungan Internasional China dalam area King’s College London, dikutip CNBC International pada Kamis (6/6/2024).
“Risiko bagi Ukraina sebab menolak memainkan peran penerima kebaikan hati China adalah para pemimpin China mungkin mengubah naskah menjadi naskah dalam mana China menekankan perannya sebagai benteng yang kuat melawan hegemoni Barat, bergandengan tangan dengan Putin,” katanya.
Nordin menyebut Zelensky tidaklah akan memperoleh banyak keuntungan dari memposisikan dirinya dengan cara yang itu memacu para pemimpin China seperti ini. Ia mencatat China dapat dengan mudah mengisyaratkan perubahan hati terhadap Kyiv dengan “perlakuan keras terhadap Ukraina kemudian dukungan yang dimaksud dimaksud mengakar bagi Putin.”
Jie Yu, peneliti senior tentang China dalam lembaga pemikir Chatham House yang digunakan berbasis pada London, mengatakan komentar Zelensky terhadap China secara khusus menunjukkan “ketidakpuasannya pada keselarasan China-Rusia yang tersebut mana tambahan dekat daripada menyerahkan Beijing secara keseluruhan.”
“(Ukraina) membutuhkan sebanyak mungkin negara untuk berkontribusi pada proses rekonstruksi pascakonflik. China mungkin memainkan peran penting dalam rekonstruksi itu mengingat penyelenggaraan perekonomian yang digunakan hal tersebut ada dalam Ukraina yang mana dikerjakan dalam dua dekade terakhir,” katanya.
“Tidak cuma China, tetapi beberapa negara dunia usaha berkembang, seperti India, Afrika Selatan, kemudian Brasil semuanya telah dilakukan terjadi memilih posisi yang mana digunakan sangat mirip dengan yang tersebut mana dijalankan Beijing.”
Pemerintah Ukraina, katanya, “tidak ingin menolak merekan sepenuhnya,” tetapi risikonya adalah bahwa Beijing melihat pertemuan puncak perdamaian itu sebagai “ajang untuk menuduh negara manapun yang dimaksud tak berpihak pada Ukraina.”
Tuduhan ke China awalnya dilontarkan Zelensky selama Dialog Shangri-La dalam Singapura pada Minggu (2/6/2024) lalu. Ia mengklaim Rusia menggunakan pengaruh Beijing di dalam tempat Asia untuk mengganggu perundingan perdamaian yang digunakan digelar pada Juni.
Perundingan damai, yang dimaksud dijadwalkan berlangsung dalam dalam Swiss pada 15-16 Juni, akan difokuskan pada invasi Rusia selama lebih besar besar dari dua tahun ke Ukraina, yang dimaksud dimulai sejak Februari 2022 lalu.
Menurut Zelensky, pertemuan puncak itu akan mengeksplorasi banyak topik termasuk rencana perdamaian Ukraina, keamanan nuklir, keamanan pangan, serta pemulangan anak-anak Ukraina yang mana digunakan diculik dari Rusia.
Zelensky menambahkan lebih lanjut lanjut dari seratus negara juga organisasi internasional akan hadir. Meski begitu, Rusia disebut belum diundang ke pertemuan puncak tersebut.
China sendiri sudah terjadi berulang kali menyerukan gencatan senjata juga dialog mengenai perang pada Ukraina, juga juga mengatakan akan membantu memfasilitasi perundingan damai.