Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan Indonesa bergerak beragam pada perdagangan pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk menjauhi level 7000, tetapi rupiah berhasil menguat kemudian obligasi acuan bertenor 10 tahun mulai diburu investor.
Sentimen selengkapnya yang dimaksud mana prospek mempengaruhi pasar pada hari ini, Senin (10/6/2024) serta juga pekan ini silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.
Membahas pasar saham, IHSG pada perdagangan akhir pekan lalu berakhir terperosok 1,10% ke posisi 6897,95. Ini menjadi level terendah sepanjang tahun ini atau sejak November 2023.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan pekan lalu mencapai sekitar Rp 8,4 triliun dengan volume transaksi mencapai 13 miliar lembar saham serta sudah ditransaksikan sebanyak 815.069 kali. Sebanyak 232 saham naik, 309 saham turun, lalu 240 sisanya cenderung stagnan.
Dari sisi konstituen, penekan terbesar ada dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mencapai 25 indeks poin dalam satu hari perdagangan terakhir pekan lalu. Jika diakumulasi sejak awal Juni, saham BREN sudah pernah menjadi pemberat IHSG paling dalam dengan menyeret turun hingga 84,77 poin.
Asing terpantau masih mencatatkan aliran dana keluar, dalam sehari pada akhir pekan lalu tercatat asing keluar Rp893 miliar dalam keseluruhan pasar. Dana keluar ini kemudian mengakumulasi net sell asing sepanjang pekan sebanyak Rp1,51 triliun.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang digunakan digunakan paling banyak dilego asing dalam sepekan, mencapai Rp2 triliun, disusul PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebanyak Rp760,5 miliar, lalu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp375,5 miliar, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp272,5 miliar, kemudian PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp188 miliar.
Sementara itu, untuk rupiah pada perdagangan pekan lalu berhasil bergerak sumringah lalu mengakhiri tren pelemahan selama dua pekan beruntun.
Melansir dari Refinitiv, rupiah pada Jumat (7/6/2024) bertengger pada dalam posisi Rp16.190/US$, menguat 0,4% dalam sehari. Secara mingguan, rupiah juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,34% terhadap dolar AS, berbalik arah dari minggu sebelumnya yang dimaksud mana mengalami penurunan sebesar 1,59%.
Penguatan rupiah terjadi setelah BI mengumumkan peningkatan cadangan devisa sebesar US$2,8 miliar menjadi US$139 miliar pada Mei 2024.
“Kenaikan posisi cadangan devisa yang mana disebut antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak juga jasa serta penerbitan global bond pemerintah,” jelas BI dalam siaran persnya pada Jumat (7/6/2024).
Cadangan devisa yang dimaksud mana meningkat ini setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor kemudian pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini sangat terpencil pada atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai bahwa cadangan devisa yang dimaksud mana cukup besar ini mampu memperkuat ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi juga sistem keuangan.
Sejalan dengan pergerakan positif mata uang Garuda, dari pasar obligasi juga menunjukkan gerak serupa, di area dalam mana nilai tukar berhasil naik akibat yield yang tersebut mana mulai turun, menjauhi level 7%.
Pada akhir pekan lalu, yield obligasi acuan RI yang tersebut bertenor 10 tahun berhasil turun 2 basis poin (bps) dalam sehari serta bertengger di tempat tempat 6,86%. Dalam sepekan, yield obligasi sudah merosot 4 bps.
Penyusutan yield dalam sepekan mengakhiri tren penguatan selama dua pekan beruntun. Perlu dicatat jika yield dan juga juga nilai obligasi bergerak berlawanan arah. Jadi, ketika yield sudah turun, maka nilai tukar sedang merangkak naik, yang dimaksud digunakan berarti penanam modal mulai memburu obligasi.
