Home / Ekobis / “Kiamat” Baru Ancam Bumi: Emas

“Kiamat” Baru Ancam Bumi: Emas

“Kiamat” Baru Ancam Bumi: Emas

Jakarta,REDAKSI17.COM   – Kelangkaan emas diyakini akan terjadi. Industri pertambangan emas dilaporkan sedang berjuang untuk mempertahankan pertumbuhan lantaran logam itu sekarang ini semakin sulit ditemukan.

Setidaknya ini dilaporkan Dewan Emas Dunia (WGC) merujuk data produksi tambang emas pada 2023. Di mana belaka sekali ada kenaikantipis 0,5% pada tahun lalu dibandingkan tahun sebelumnya.

Semakin sulit menemukan, mengizinkan, membiayai, kemudian mengoperasikan emas,” kata Kepala Strategi Pasar WGC John Reade dikutip dari CNBC International, Selasa (11/6/2024).

Sebenarnya WGC melihat rekor produksi tambang emas pada kuartal pertama (Q1) tahun 2024, naik 4% tahun ke tahun (yoy). Namun secara luas tren produksi mandek sejak 2016, dalam mana tak ada pertumbuhan sejak saat itu.

Di 2023 data asosiasi perdagangan internasional itu mengatakan produksi tambang semata-mata sekali naik tipis 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, pertumbuhannya sebesar 1,35%.

Padahal dalam 2021 pertumbuhan memang sempat 2,7%. Namun pada 2020, produksi emas global mencatat penurunan pertama dalam satu dekade, turun sebesar 1%.

“Saya pikir ada cerita yang tersebut dimaksud luar biasa,” ujar Reade lagi.

“Setelah 10 tahun mengalami pertumbuhan pesat sejak sekitar tahun 2008, industri pertambangan kesulitan untuk melaporkan pertumbuhan produksi yang dimaksud itu berkelanjutan,” tambahnya.

“Deposit emas baru semakin sulit ditemukan dalam seluruh dunia oleh sebab itu banyak wilayah prospektif yang mana yang disebut sudah pernah dieksplorasi,” jelasnya.

Menurutnya kini, semakin sulit menemukan, mengizinkan, membiayai, serta mengoperasikan emas. Penambangan emas skala besar membutuhkan banyak modal, serta memerlukan eksplorasi juga juga pengembangan yang dimaksud hal tersebut signifikan, membutuhkan waktu rata-rata 10 hingga 20 tahun sebelum sebuah tambang siap berproduksi.

“Bahkan selama proses eksplorasi, kemungkinan suatu penemuan berkembang menjadi pengembangan tambang sangatlah rendah, dikarenakan cuma sekitar 10% dari penemuan emas global mengandung cukup logam untuk menjamin penambangan,” lanjutnya.

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), sekitar 187.000 metrik ton emas telah dilakukan dikerjakan ditambang hingga saat ini. Sebagian besar berasal dari China, Afrika Selatan (Afsel) juga juga Australia dengan cadangan emas yang mana dapat digali diperkirakan sekitar 57.000 ton.

“Selain proses penemuan, semakin sulitnya mendapatkan izin pemerintah kemudian membutuhkan lebih banyak lanjut banyak waktu untuk menyelesaikannya telah terjadi terjadi menimbulkan penambangan semakin sulit,” tambah Reade lagi menyinggung izin pertambangan dapat memakan waktu beberapa tahun.

“Selain itu, banyak proyek pertambangan direncanakan untuk daerah terpencil yang digunakan dimaksud memerlukan infrastruktur seperti jalan, listrik, kemudian air, sehingga menimbulkan biaya tambahan dalam penyelenggaraan tambang kemudian pembiayaan operasi,” ujarnya.

“Semakin sulit mencari emas, mengizinkannya, membiayainya, juga mengoperasikannya,” tambahnya.

Sementara itu, tarif emas sedikit tertahan setelah reli ke rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, didukung oleh kuatnya permintaan yang mana dipimpin oleh China. Temukan emas saat ini diperdagangkan pada US$2,294.3 per ons.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *