Jakarta,REDAKSI17.COM – Lembaga riset atau think tank dalam Inggris maupun Amerika Serikat mempublikasikan artikel yang mana mana meneropong nasib Indonesia, setelah Prabowo Subianto resmi memimpin sebagai Presiden Indonesia periode 2024-2029.
Salah satunya Chatham House, melalui tulisan Direktur Asia-Pasifik nya, Ben Bland menimbulkan analisis dengan judul “Continuity Prabowo means change for Indonesia”. Ia menyebut bagaimana “Prabowo telah terjadi terjadi menggunakan dukungan dari Jokowi untuk memenangkan kekuasaan namun kemungkinan besar tidak ada ada akan memerintah sebagai ‘proksi’ Jokowi”.
“Ketika saya makan siang bersama Prabowo Subianto pada tahun 2013, setahun sebelum upaya pertamanya yang digunakan mana gagal untuk terpilih sebagai presiden Indonesia, dia masih mengasah nada nasionalisnya yang dimaksud berapi-api, berjanji untuk mengguncang negara lalu mencegahnya menjadi negara gagal,” tulisnya pada awal, dikutip Rabu (28/2/2025).
“Sebelas tahun kemudian, mantan jenderal berusia 72 tahun itu akhirnya berhasil mengamankan kursi kepresidenan dengan kembali menjadikan dirinya sebagai kandidat pengganti, membentuk aliansi yang digunakan yang tidaklah terduga dengan Presiden Joko Widodo yang mana hal itu sangat populer,” ujarnya.
Ia pun menyoroti nasib RI di dalam area tangan Prabowo ke depan. Menurut Ben pilihan pemimpin baru Indonesia tidaklah belaka penting bagi RI tapi Asia Tenggara, akibat Tanah Air menjadi garis depan persaingan Amerika Serikat (AS) lalu China.
Ia kemudian mengaitkan permasalahan itu dengan skala kemudian pertumbuhan pesat perekonomian Indonesia pada antara negara G20. Termasuk status Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di tempat area dunia.
“Jika Prabowo mulai menjabat pada bulan Oktober, ia kemungkinan akan memerintah sebagai orangnya sendiri serta bukan sebagai delegasi Jokowi. Hal ini sebagian disebabkan oleh kepribadiannya,” tegasnya,
“Realitas urusan urusan politik juga akan membatasi pengaruh Jokowi. Jabatan duta presiden di dalam area Indonesia sejenis lemahnya dengan di dalam area AS, sehingga akan sulit bagi Gibran … untuk menggunakan posisi yang digunakan untuk memberikan pengaruh,” ujarnya lagi menyinggung putra Jokowi, Gibran yang akan menjadi wapres.
Ben berpendapat, Jokowi mungkin masih akan tetap mendapatkan dukungan rakyat yang dimaksud mana tinggi setelah ia meninggalkan jabatannya (dengan tingkat dukungan sebesar 80%), namun hal itu bukan akan secara otomatis menghasilkan pengaruh politik.
“Faktanya, begitu Prabowo menguasai kekuasaan lalu patronase yang mana mana signifikan di dalam dalam kursi kepresidenan, para pemimpin partai lalu taipan urusan kebijakan pemerintah yang mana bebas memilih yang dimaksud menyokong Jokowi kemungkinan besar akan tertarik pada Prabowo,” ujarnya.
Sementara itu, dari Amerika Serikat (AS) yang digunakan menyoroti nasib RI jika Prabowo Subianto resmi menjadi presiden ialah media yang tersebut yang disebut dibentuk oleh Profesor Universitas Harvard Samuel P. Huntington, yakni Foreign Policy (FP). Melalui artikel khusus berjudul ‘How Will Prabowo Lead Indonesia?’.
“Kebijakan ekonominya bersifat populis, seperti usulan untuk meningkatkan subsidi, khususnya program makanan sekolah, akan meningkatkan defisit fiskal Indonesia,” dikutip dari artikel FP yang dirilis awal tahun ini.
Di singgung juga bagaimana Prabowo dalam panggung internasional. FP menjelaskan bahwa Prabowo akan melanjutkan apa yang dimaksud mana dilaksanakan oleh Jokowi seperti komitmennya untuk melanjutkan perlawanan terhadap undang-undang deforestasi Eropa.
“Orang-orang Eropalah yang mana mana memaksa kami menyumbangkan teh, kopi, karet, serta coklat. Dan sekarang Anda mengatakan kita sedang menghancurkan hutan kita? Anda menghancurkan hutan kami terlebih dahulu,” kutip media itu mengutip ucapan Prabowo dalam sebuah forum.
Dari segi pandangan geopolitik, FP memberi pandangan unik. Lembaga itu menganalisa bahwa Prabowo mungkin akan menganggap dirinya mirip dengan presiden kedua RI, Soeharto, membentuk jalur yang tersebut yang disebut independen di area dalam tengah rivalitas antara beberapa negara besar.
“Meskipun Indonesia lalu China termasuk pada area antara negara-negara yang mana mana mengklaim pulau-pulau yang dimaksud disengketakan dalam Laut Cina Selatan, Prabowo sudah dijalankan mendekati Beijing sebab investasi modal merekan yang dimaksud hal tersebut perlu proses yang mana dimaksud sedikit dibandingkan penanam modal Eropa,” tegasnya lagi.
Hal serupa juga diulas oleh Brookings Institute. Dalam artikel berjudul ‘Reflection on Jokowi’s Legacy and Prabowo’s presidency’, ditekankan bagaimana Prabowo akan melanjutkan program Jokowi seperti pengolahan lanjutan mineral serta bangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Prabowo akan mendapat tekanan melanjutkan program kunci Jokowi: Indonesia Emas 2025, sebuah program pencapaian industrialisasi seabad setelah Indonesia merdeka,” tulis lembaga itu.
Prabowo juga dinilai akan menegaskan posisi Indonesia yang digunakan digunakan seimbang dalam tempat tengah persaingan global antara China juga Amerika Serikat (AS). Ia disebut orang yang mana mana pragmatis sehingga ia akan terus menjaga hubungan dengan Beijing dan juga juga Washington.
Meski begitu, Brookings menduga akan ada hambatan dalam pemerintahan Prabowo yakni korupsi. Lembaga itu menekankan Prabowo mempunyai pekerjaan besar dalam menanggulangi korupsi agar iklim investasi modal tetap berjalan baik.
“Lebih lanjut, masa depan yang digunakan baik adalah ketikan pemerintah dapat menjaga kepentingannya juga iklim penyelenggaraan sektor ekonomi juga tetap berjalan baik,” tambah lembaga itu.