Home / Ekobis / Banjir Sentimen Neraca Dagang Hingga RDG BI, IHSG-Rupiah Bisa Bangkit?

Banjir Sentimen Neraca Dagang Hingga RDG BI, IHSG-Rupiah Bisa Bangkit?

Banjir Sentimen Neraca Dagang Hingga RDG BI, IHSG-Rupiah Bisa Bangkit?

 

Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan Indonesia akan menjalani hari perdagangan yang dimaksud hal itu lebih banyak besar singkat pada pekan ini, yakni semata-mata sekadar tiga hari. Namun, apakah pasar saham kemudian juga rupiah mampu bangkit atau malah akan semakin terpuruk?

Sebagai petunjuk, anda mampu membaca ulasan lengkap sentimen pada pekan ini yang tersebut mana akan menjadi penggerak pasar saham maupun nilai tukar rupiah pada halaman ketiga serta berbagai rencana kegiatan ekonomi lalu juga emiten pada area halaman empat.

Berbagai sentimen yang tersebut disebut datang dari rilis data dalam negeri hingga negara lain yang tersebut dimaksud erat dengan pasar Indonesia. Termasuk beragam komentar para pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed mengenai kapan penurunan suku bunga akan terjadi.

Pasar keuangan Indonesia terpuruk pada pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian rupiah mencatatkan performa buruk. Bahkan mencapai level terendah dalam beberapa tahun lalu.

IHSG terperosok pada perdagangan Jumat (14/6/2024), ditutup di dalam dalam level 6.734,83, terendah sejak November 2023. Selama pekan lalu, IHSG belaka semata mencatatkan penguatan satu kali, sementara secara mingguan terkoreksi 2,36%.

Ini menandai penurunan beruntun selama empat pekan terakhir. Kejatuhan IHSG kemarin tercatat miliki nilai transaksi mencapai Rp 9,8 triliun lalu volume 22 miliar lembar saham dalam 888.123 transaksi. Sebanyak 140 saham menguat, 451 melemah, juga 180 stagnan.

Sektor teknologi menjadi penekan terbesar, turun 2,23% pada akhir perdagangan akhir pekan lalu.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan pekan lalu menunjukkan volatilitas yang mana mana signifikan, dengan sempat menembus Rp 16.400 per dolar AS. Volatilitas ini sudah pernah dijalankan berlangsung sejak awal tahun di area dalam tengah ketidakpastian kondisi global.

Pada penutupan perdagangan Jumat (14/6/2024), dolar AS ditutup melemah 0,80% pada posisi Rp 16.395. Posisi ini merupakan yang tersebut dimaksud terendah sejak April 2020.

Mengutip data Refinitiv, sekitar setengah jam sebelum pasar tutup, dolar AS yang mana dimaksud dibuka di area area level Rp 16.375 sempat diperdagangkan dalam tempat posisi Rp 16.415, sebelum intervensi Bank Indonesia (BI) berhasil membawa rupiah kembali ke bawah Rp 16.400. Meskipun demikian kinerja rupiah tercatat melemah 1,27% dalam sepekan.

Pelemahan IHSG dan nilai tukar rupiah disebabkan oleh faktor The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia kembali menahan suku bunga pada level 5,25-5,50% yang tersebut yang menjadi kegelisahan higher for longer. Namun, pemangkasan suku bunga acuan tetap disesuaikan dengan kondisi inflasi AS.

“Kami melihat laporan hari ini (inflasi yang mana melandai) sebagai kemajuan lalu sanggup membangun rasa percaya diri. Namun, kepercayaan diri kami belum sampai pada tahap membenarkan keputusan untuk mulai melonggarkan kebijakan pada saat ini,” tutur Chairman The Fed Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Dalam pernyataan resminya, The Fed menegaskan jika komite bukan akan menurunkan target (suku bunga) sampai kami lebih banyak lanjut percaya diri melihat inflasi bergerak ke arah 2% secara berkelanjutan.

Dalam rapat kali ini, The Fed juga merilis dokumen dot plot. Setiap titik dalam dot plot itu merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.

Dalam dokumen terbarunya, median dari proyeksi The Fed mengindikasikan belaka ada sekali pemotongan pada tahun ini sebesar 25 bps, paling lambat pada Desember 2024.

Proyeksi ini jarak terpencil lebih besar lanjut rendah dibandingkan pada Maret 2024 dalam mana The Fed mengindikasikan ada tiga kali pemotongan dengan besaran 75 bps.

Sikap hawkish The Fed ini sebenarnya sudah sesuai dengan perkiraan untuk menahan suku bunga pada pertemuan bulan ini.

Sayangnya, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga semata-mata sekali. Ini mampu memicu tren higher for longer yang dimaksud yang disebut dapat menjadi sentimen negatif bagi aset berisiko seperti saham.

REDAKSI17.COM

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *