Jakarta,REDAKSI17.COM – Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan ini berada pada jalur positif dengan mencatatkan kenaikan sebesar 2,16% dalam level 6.879,98 hingga perdagangan Jumat (21/6/2024).
Kenaikan IHSG dalam sepekan juga didorong dari dana asing yang digunakan dimaksud kembali ke pasar saham Indonesia. Dimana pembelian asing dalam seminggu tercatat Rp693,78 miliar baik pasar regular, negosiasi maupun tunai.
Dalam sepekan dana asing mulai kembali mengoleksi saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Astra International Tbk (ASII), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), juga PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sektor perbankan juga mulai menguat didorong dari hasil pertumbuhan kredit perbankan Indonesia yang mana kembali mencatatkan pertumbuhan diatas target Bank Indonesia (BI).
Positifnya pergerakan IHSG dalam sepekan ini didorong dari beberapa sentimen positif dalam negeri. Berikut rangkuman pendorong kenaikan IHSG dalam sepekan.
1. Hasil Neraca Dagang Indonesia Kembali Surplus
Neraca Perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali surplus sebesar US$2,93 miliar atau sekitar Rp47,9 triliun. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia sudah lama membukukan surplus selama 49 bulan berturut-turut.
Surplus bulan Mei sebesar US$2,93 miliar, berasal dari nilai ekspor yang dimaksud mana lebih lanjut lanjut besar dari nilai impor. Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Mei 2024 tercatat sebesar US$22,33 miliar, secara bulanan naik 13,82%.
Sedangkan nilai impornya tercatat sebesar US$19,40 miliar, secara bulanan naik 14,82%. Penyumbang utama peningkatan nilai impor adalah impor substansi baku penolong, sedangkan peningkatan ekspor disumbang oleh sektor industri pengolahan.
2. Pertumbuhan Kredit Perbankan Indonesia
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit pada Mei 2024 naik 12,15% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan kredit sebagian besar didorong sektor perdagangan, industri, serta juga jasa dunia usaha.
Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 8,63% (yoy) pada periode yang digunakan mana sama. Selain itu, pertumbuhan kredit juga ditopang oleh berlanjutnya strategi relaksasi alat likuiditas ke perbankan serta didukung likuiditas seiring dengan penerapan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, kemudian kredit konsumsi, yang tersebut masing-masing tumbuh sebesar 14,80% (yoy), 11,59% (yoy), lalu juga 10,47% (yoy) pada Mei 2024.
Adapun pembiayaan syariah tumbuh lebih tinggi besar tinggi, yakni 14,07% yoy, sedangkan kredit UMKM tumbuh 6,74% yoy.
Pertumbuhan kredit perbankan pada periode Mei itu sudah berada diatas target Bank Indonesia (BI) pada tahun 2024 pada area kisaran 10%-12%.
3. Uang Beredar Tumbuh
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi uang beredar (M2) pada Mei 2024 tercatat sebesar Rp8.965,9 triliun atau tumbuh 7,6% (yoy), lebih tinggi banyak tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,9% (yoy).
Perkembangan ini terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3% (yoy) lalu uang kuasi sebesar 8,8% (yoy). Kemudian, perkembangan M2 pada Mei 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit lalu aktiva luar negeri bersih.
4. Suku Bunga RI Ditahan
Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dimaksud dimaksud berlangsung pada 20-21 Juni 2024. Suku bunga Deposit Facility tetap ke posisi 5,50% kemudian suku bunga Lending Facility sebesar 7%.
Keputusan menahan suku bunga acuan BI yang digunakan konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability, yaitu sebagai langkah pre-emptive lalu forward looking untuk meyakinkan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 juga 2025, termasuk efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing serta stabilitas nilai tukar rupiah.
5. Perubahan Kebijakan Full Call Auction (FCA)
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah terjadi dijalankan mengubah beberapa kriteria saham notasi khusus yang tersebut dimaksud dapat berpotensi masuk Full Call Auction (FCA). BEI sudah lama merevisi kriteria nomor 1, 6, 7 lalu 10. Berikut perubahannya:
Perubahan FCA tentu menggerakkan beberapa saham keluar dari FCA. BEI pun mengumumkan pencabutan efek bersifat ekuitas dari pemantauan khusus yang dimaksud mana berlaku sejak 21 Juni 2024, terdapat enam saham yang dimaksud berhasil keluar dari efek pemantauan khusus sekaligus FCA.
Penguatan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) pun memacu kenaikan IHSG dalam penutupan akhir pekan.
Dengan adanya perubahan pada kebijakan FCA, diharapkan akan ada saham-saham baru lainnya yang digunakan dimaksud akan segera keluar dari notasi pemantauan khusus lalu dapat menyokong laju IHSG ke arah yang digunakan lebih tinggi tinggi positif, hingga melanjutkan sentimen positif pada pekan depan.
Sanggahan: Artikel ini adalah hasil jurnalistik dalam bentuk pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidaklah ada bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau mengirimkan komoditas atau sektor perkembangan perekonomian terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidaklah bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang mana mana timbul dari keputusan tersebut.