Home / Ekobis / Hancur Lebur! Harga Emas Jatuh 1,5% ke Level US$ 2.200

Hancur Lebur! Harga Emas Jatuh 1,5% ke Level US$ 2.200

Hancur Lebur! Harga Emas Jatuh 1,5% ke Level US$ 2.200

Jakarta,REDAKSI17.COM  – Harga emas dunia ambruk pada tengah lonjakan dolar Amerika Serikat (AS) kemudian juga imbal hasil US Tresury. Keduanya naik di dalam area tengah tendensi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang dimaksud digunakan masih high for longer bahkan hawkish serta penantian data inflasi AS pekan ini.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Rabu (26/6/2024) biaya jual emas berakhir melemah 0,91% atau nyaris 1% ke hitungan US$2.297 per troy ons. Penutupan kemarin adalah yang dimaksud hal tersebut terlemah sejak 22 Juni 2024 atau 12 hari terakhir. Untuk pertama kalinya, biaya jual emas juga terlempar ke level US$ 2.200 per troy ons. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif emas menjadi dua hari beruntun dengan pelemahan menembus 1,5%.

Sementara hari ini pukul 06:28 WIB, biaya jual emas sedikit mengalami apresiasi sebesar 0,01% ke nomor US$2.298 per troy ons.

Harga emas ambruk setelah dolar lalu imbal hasil US Treasury terbang. Indeks dolar melemah menjadi 106,05 pada perdagangan kemarin. Posisi hal itu adalah yang mana tertinggi sejak 16 April 2024 atau 1,5 bulan terakhir.
Imbal hasil US Treasury juga melesat ke 4,32% kemarin atau tertinggi dalam 10 hari terakhir.

Kenaikan dolar AS juga imbal hasil US Treasury berdampak negatif ke emas. Dolar AS yang dimaksud menguat memproduksi konversi pembelian emas semakin mahal sehingga mengurangi pembelian. Emas juga tiada ada menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury menimbulkan emas kurang menarik.

Dikutip dari Kitco, Pernyataan terbaru dari pejabat Federal Reserve sudah lebih lanjut lanjut lanjut memengaruhi sentimen pasarnya termasuk dolar serta imbal hasil US Treasury.

Gubernur Fed Lisa Cook mengakui kemajuan dalam mengendalikan inflasi juga perlambatan bertahap pasar tenaga kerja, namun bukan merinci jadwal untuk pemangkasan suku bunga.

Sementara itu, Gubernur Fed Michelle Bowman menyatakan bahwa belum saatnya untuk mulai menurunkan suku bunga juga bahkan mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga jika inflasi tetap tinggi.

Perkembangan ini terjadi menjauhi laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang dimaksud digunakan penting, yang tersebut itu akan dirilis pada Jumat. Para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones Newswires lalu Wall Street Journal memperkirakan perlambatan laju nilai tukar jual konsumen untuk bulan sebelumnya. PCE “inti”, yang digunakan tiada termasuk biaya makanan serta energi, diperkirakan mencapai level terendahnya sejak Maret 2021.

Jika laporan PCE sesuai dengan prediksi, ini sanggup sekadar menandakan bahwa inflasi bergerak menuju target yang mana diinginkan oleh Fed yakni 2%. Hal ini mungkin menggalakkan Federal Reserve untuk mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga acuan mulai September, meskipun ada pernyataan hawkish belakangan ini dari beberapa pejabat Fed.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya menekankan perlunya kepercayaan yang dimaksud mana tambahan besar terhadap data sektor kegiatan ekonomi sebelum melakukan penyesuaian kebijakan. Laporan PCE yang tersebut digunakan menguntungkan dapat menjadi awal dari “serangkaian data kegiatan dunia usaha baik” yang dimaksud diharapkan oleh Fed, yang mana potensial membuka jalan untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut besar awal melebihi yang itu diindikasikan oleh Gubernur Cook kemudian Bowman baru-baru ini.

Kombinasi kekuatan dolar, kenaikan yield, lalu sinyal bervariasi dari pejabat Fed terus menciptakan lingkungan yang yang disebut menantang bagi tarif emas dalam jangka pendek. Namun, laporan PCE yang digunakan yang disebut akan datang dapat secara signifikan mempengaruhi keputusan kebijakan Fed di area tempat masa depan, juga juga dengan demikian memengaruhi sentimen pasar terhadap tarif emas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *