Jakarta,REDAKSI17.COM – Kudeta militer mengguncang Bolivia, Rabu waktu setempat. Tentara serta tank-tank kendaraan lapis baja menyerbu gedung pemerintah di tempat dalam ibu kota La Paz.
Menurut kantor media pemerintah ABI, mobilisasi militer terjadi pukul 14.30 waktu lokal. Dalam rekaman kejadian, tentara dengan senjata lengkap berkumpul pada alun-alun utama La Paz, Murillo Plaza, tempat kantor eksekutif serta legislatif nasional berada.
Merujuk Associated Press (AP), kendaraan lapis baja juga menabrak pintu istana presiden. Dalam keterangannya di dalam tempat depan para tentara yang digunakan bersiaga, panglima militer Bolivia yang digunakan mana memimpin kudeta tersebut, Jenderal Juan Jose Zuniga, meneriakkan kebangkitan melawan pemerintahan Presiden Luis Arce dan juga juga mengatakan hendak merestrukturisasi demokrasi di dalam tempat negara tersebut.
“Angkatan Bersenjata bermaksud merestrukturisasi demokrasi, menjadikannya demokrasi sejati juga tiada dijalankan oleh segelintir orang selama 30, 40 tahun,” katanya pada luar kantor kepresidenan, dikelilingi oleh tentara kemudian delapan tank, dimuat AFP.
Presiden Arce menanggapi ini dengan pidato yang digunakan disiarkan pada tempat televisi bersama para menterinya dalam dalam istana presiden. Ia mengecam tindakan militer tersebut.
Dirinya mendesak rakyat Bolivia untuk berorganisasi juga melakukan mobilisasi melawan kudeta. Ini, tegasnya, demi membantu demokrasi.
“Kami bukan bisa jadi sekadar membiarkan upaya kudeta sekali lagi merenggut nyawa rakyat Bolivia. Kami ingin mengajak semua orang untuk membela demokrasi,” kata Arce dari kediaman presiden, Casa Grande, dikutip CNN International.
Wakil Presiden David Choquehuanca juga mengutuk kudeta itu oleh sebab itu dilaksanakan pada pemerintah yang dimaksud digunakan dipilih secara demokratis. Mantan presiden Evo Morales juga menulis dalam media sosial (medos) X bahwa “kudeta sedang terjadi” dan juga juga juga mendesak “mobilisasi nasional untuk membela demokrasi”.
Apa yang digunakan Terjadi?
Mengutip AFP, rumor mengatakan bahwa hal ini terkait pemecatan Zuniga. Ia tiba-tiba muncul pada televisi Senin serta mengatakan akan menangkap Morales.
Hal ini akan dirinya lakukan jika presiden pribumi pertama Bolivia itu mencalonkan diri lagi di dalam dalam 2025 meskipun sudah didiskualifikasi. Morals sendiri merupakan sosok yang mana sangat populer sampai ia mencoba melanggar konstitusi kemudian juga mencalonkan diri untuk masa jabatan keempat pada tahun 2019.
Kala itu, tokoh sayap kiri lalu mantan pemimpin serikat pekerja coca hal itu memenangkan pemungutan ucapan lagi. Namun ia terpaksa mengundurkan diri di dalam dalam tengah menentang mematikan atas dugaan kecurangan pilpres juga meninggalkan Bolivia.
Namun dirinya kembali setelah sekutunya, yang digunakan dimaksud dalam pemilihan umum 2020 menjadi musuh, Luis Arce memenangkan kursi kepresidenan pada Oktober tahun yang tersebut dimaksud sama. Sejak itu Bolovia sudah dilaksanakan mengalami beberapa periode ketidakstabilan kebijakan pemerintah dalam beberapa tahun ini.
Terbaru terjadi pada dalam Januari lalu. Di mana para pendukung Morales melakukan blokade jalan selama berhari-hari untuk memprotes diskualifikasi Morales.
Respons AS-Eropa
Negara-negara dunia merespons cepat apa yang dimaksud terjadi di area tempat Bolivia. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden misalnya mengaku terus mencermati kejadian-kejadian di dalam tempat Bolivia.
“AS memantau dengan cermat situasi dalam tempat Bolivia juga menyerukan ketenangan,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
Hal serupa juga dikatakan pemimpin negara-negara Amerika Latin. Pemimpin Chile, Ekuador, Peru, Meksiko, Kolombia, juga Venezuela menyerukan agar demokrasi dihormati.
“Saya pecinta demokrasi dan juga juga saya ingin demokrasi berlaku dalam seluruh Amerika Latin. Kami mengutuk segala bentuk kudeta dalam dalam Bolivia,” tegas Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menulis pada X.
“Mengutuk mobilisasi … tentara harus tunduk pada kekuasaan sipil yang mana dipilih secara sah,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Amerika (OAS), sebuah organisasi pan-Amerika, Luis Almagro.
Hal serupa juga diteriakkan negara Eropa. Perdana Menteri (PM) Spanyol Pedro Sanchez menyerukan penghormatan terhadap demokrasi serta juga supremasi hukum.
Uni Eropa (UE) mengatakan merek itu menentang setiap upaya untuk mengganggu tatanan konstitusional pada dalam Bolivia juga menggulingkan pemerintahan yang tersebut digunakan dipilih secara demokratis. Kepala Kebijakan Ekonomi UE Josep Borrell menambahkan bahwa merekan menyatakan solidaritas dengan pemerintah Bolivia juga juga rakyatnya.