Home / Ekobis / Aneh! Harga Emas Melonjak Hampir 1% di Tengah Was-Was Inflasi

Aneh! Harga Emas Melonjak Hampir 1% di Tengah Was-Was Inflasi

Aneh! Harga Emas Melonjak Hampir 1% di area Tengah Was-Was Inflasi

Jakarta, REDAKSI17.COM – Harga emas menguat tajam pada tempat tengah penantian pelaku pasar akan data inflasi Amerika Serikat (AS). Salah satu penopang emas adalah risalah Federal Open Market Committee (FOMC). Risalah yang mencerminkan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang digunakan mana akan hati-hati dalam menentukan kebijakan ke depan.

Harga emas pada dalam pasar spot pada perdagangan Rabu (11/10/2023), ditutup dalam tempat posisi US$ 1.873,61 per troy ons. Harganya terbang 0,72%. Harga itu juga menjadi tertinggi sejak 27 September 2023 atau 10 hari perdagangan terakhir.
Penguatan kemarin juga menjadi angina segar setelah emas sempat melemah pada Selasa pekan ini.

Emas masih menguat pada hari ini. Pada perdagangan Kamis (12/10/2023) pukul 06:31 WIB, tarif emas menguat tipis 0,009%. Harga emas menguat sejalan dengan melandainya imbal hasil US Treasury dimana imbal hasilnya melandai ke 4,59% pada perdagangan kemarin dari 4,78% pada akhir pekan lalu.

Imbal hasil terlibat melandai setelah risalah FOMC menunjukkan sikap The Fed yang dimaksud tambahan lanjut bisa saja jadi diterima pasar.

Risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau FOMC Minutes menunjukkan pejabat The Fed melihat kenaikan suku bunga semakin memberi dampak ganda kepada sektor kegiatan ekonomi AS. Mereka juga setuju suku bunga tinggi dalam jangka panjang tetap diperlukan selama inflasi belum ada dalam kisaran 2%. Namun, kenaikan akan terbatas.

Risalah menunjukkan danya perbedaan yang mana digunakan cukup tajam antara pejabat The Fed mengenai tambahan kenaikan suku bunga.

Mayoritas partisipan melihat satu lagi kenaikan di dalam area masa depan akan menjadi keputusan yang mana tepat tetapi sebagian lagi melihat tiada perlu ada kenaikan.

“Kebijakan akan tetap terbatas untuk beberapa waktu sampai Komite percaya diri jika inflasi AS sudah bergerak ke target sasaran,” tulis risalah FOMC.

Ketidakpastian sektor kegiatan ekonomi AS, dinamisnya data sektor ekonomi AS, lalu ketatnya pasar keuangan menyebabkan The Fed tambahan banyak berhati-hati. Pasar saat ini melihat jika The Fed sudah beralih fokus bukan lagi pada berapa kenaikan tetapi seberapa lama suku bunga tinggi akan dipertahankan.

Risalah menunjukkan jika pejabat The Fed pada masa pada masa kini tak ada lagi bergulat pada dampak inflasi tetapi juga ancaman biaya komoditas energi global serta pangan. Perlambatan perekonomian global, pemogokan masal pekerja industri otomotif, serta ketatnya pasar keuangan menyebabkan kegiatan perekonomian AS mampu terancam,

“Sebagian besar partisipan melihat jika masa depan dunia usaha sangat tidaklah pasti. Ini menyebabkan proses (pengambilan keputusan suku bunga) akan hati-hati,” tulis risalah tersebut.

Analis Saxo bank, Ole Hansen, menjelaskan risalah The Fed mengindikasikan jika The Fed akan berhati-hati. Terlebih, dampak kenaikan suku bunga sudah terasa dalam tempat pasar keuangan.

 

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan semata-mata 9,1% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini turun dibandingkan hari sebelumnya yang mana dimaksud mencapai 14%.

“Pernyataan The Fed yang mana melihat pasar ketat menyebabkan pasar berspekulasi apakah puncak kenaikan suku bunga sudah terjadi juga akan berlalu,” tutur, Hansen dikutip dari Reuters.

Inflasi AS Melandai?

Pelaku pasar menunggu data inflasi AS untuk September yang akan keluar pada hari ini. Konsensus pasar memperkirakan inflasi akan melandai ke 3,6% (year on year/yoy) pada September, dari 3,7% pada Agustus 2023.

Penguatan emas menjauhi pengumuman inflasi AS adalah hal yang mana digunakan tak biasa. Harga emas biasanya akan sangat volatile cenderung melemah mendekati pengumuman inflasi. Pasalnya, data inflasi menjadi kegelisahan besar pemangku kebijakan mengingat laju inflasi belum bergerak ke arah target The Fed yakni 2%.

Inflasi September diperkirakan akan melambat menjadi 3,6% (yoy) pada September 2023, dari 3,7% (yoy) pada Agustus 2023.

Jika inflasi melandai maka ada kemungkinan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) melonggar dengan kebijakan suku bunganya. Sebaliknya, jika inflasi melaju tambahan kencang dari ekspektasi pasar maka The Fed sulit melunak lalu ini akan berdampak kepada biaya emas.

Inflasi AS terus melandai dari puncaknya pada Juni 2022 (9,1%) hingga Juni 2023 tetapi kemudian naik kembali pada Juli serta Agustus tahun ini. Sementara itu, inflasi inti yang tersebut mana tidaklah termasuk nilai tukar pangan lalu juga energi mengalami lonjakan akibat perang Rusia Ukraina, diperkirakan melambat menjadi 4,1% (yoy) pada September 2023 dari 4,3% pada Agustus, menandai nomor terendah sejak September 2021.

Secara bulanan, inflasi diprediksi mencapai 0,3%, melemah, jika dibandingkan dengan 0,6% dalam bulan Agustus.

Sebelum pengumuman inflasi, AS kemarin sudah mengumumkan indeks nilai produsen, kemarin. Indeks tarif produsen (IHP) mengalami penurunan menjadi 0,5%, berbeda dengan bulan Agustus yang digunakan dimaksud berada dalam level 0,7%. Meski melambat, indeks biaya produsen bergerak pada atas konsensus pasar yakni 0,3%.

 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *