Yogyakarta (19/12/2024) REDAKSI17.COM – Gubernur DIY sekaligus Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengucapkan selamat atas ditetapkannya Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir sebagai Penerima Anugerah Hamengku Buwono IX Tahun 2024. Haedar Nashir dinilai sebagai tokoh yang memiliki jasa besar berkiprah dalam bidang pendidikan, sosial, politik, dan kemanusiaan.
Adapun penghargaan tersebut diterima Haedar Nashir dari Universitas Gajah Mada (UGM) pada acara puncak perayaan Dies Natalis ke-75 UGM di Grha Sabha Pramana UGM, Kamis pagi (19/12). Pada malam harinya, dilanjutkan dengan Malam Orasi Penerima Anugerah Hamengku Buwono IX di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta.
Sri Sultan hadir didamping Puteri Ndalem GKR Condrokirono dan Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X. Acara penganugerahan ini turut dihadiri Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Rektor UGM Ova Emilia beserta Majelis Wali Amanat, Dewan Guru Besar, Senat, Rektorat dan Civitas Akademika UGM. Hadir pula
anggota Forkopimda DIY beserta para tamu undangan lainnya.
Sri Sultan menyebut sebuah kehormatan teramat besar bagi Kraton, penyerahan Anugerah Hamengku Buwono IX telah mentradisi dalam setiap peringatan Dies Natalis UGM dan memperoleh tempat terhormat di kalangan akademisi dan masyarakat. Haedar Nashir bersama Muhammadiyah sejak 1983, telah menjelma sebagai sosok pemimpin.yang tak sekadar hadir di panggung sejarah, tetapi memahat selaksa makna di dalamnya.
“Saya menyambut baik dengan ucapan selamat, disertai apresiasi yang tinggi atas diberikannya Anugerah Hamengku Buwono IX Tahun 2024 kepada Bapak Haedar Nashir. Jelas kiranya, bagi sosok Bapak Haedar Nashir, paradigma Islam rahmatan lil alamin dan role model Centre of Excellence bukanlah sebatas gagasan kosong, melainkan sebuah laku hidup Muhammadiyah di pentas nasional dan global,'” tuturnya.
Sri Sultan menyampaikan visi tersebut melampaui sekadar pembangunan institusi, telah melahirkan tonggak-tonggak peradaban. Sekelumit contohnya, Markaz Dakwah Muhammadiyah di Kairo, Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), dan Muhammadiyah Australia College (MAC) di Melbourne. Pada hakikatnya, karya ini merupakan usaha mulia membangun peradaban yang kokoh berlandaskan, nilai Islam “wasathiyah” moderat, inklusif, dan berkemajuan serta menyiratkan nilai moral Smara-Bhumi Adi-Manggala.
Menurut Sri Sultan, Haedar Nashir dalam kepemimpinannya, mencerminkan sejatinya filosofi Muhammadiyah, berkemajuan, membangun umat, dan menebar manfaat bagi semesta. Dalam pemikirannya, ilmu bukan sekadar simbol pengetahuan, melainkan menjadi setitik cahaya pelita, yang sudah seharusnya menuntun umat di tengah tantangan zaman dengan berbagai dinamika dan fluktuasinya.
“Dengan pandangan reflektif seperti itulah, penghargaan ini tidak hanya bermakna bagi pribadi dan keluarga saja, tetapi karena pengabdiannya yang tak kenal lelah itu, hikmahnya juga memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat-bangsa Indonesia dan dunia. Sekali lagi, kepada penerima Anugerah, saya ucapkan Selamat Berbakti dan Sukses Mengabdi, seiring ucapan Dirgahayu UGM di usianya yang ke-75 ini” imbuh Sri Sultan.
Sebelum berorasi, Haedar Nashir menyampaikan terima kasih kepada Rektor beserta seluruh jajaran dan civitas akademika UGM atas penghargaan ini. Sebagai alumni Pasca Sarjana S2 dan S3 UGM, penganugerahan ini sungguh berarti dan bernilai tinggi. Bagi Haedar, penghargaan.ini lebih dari sebuah Anugerah karena dilekatkan dengan figur teladan Sri Sultan HB IX yang dikenal sebagai tokoh Tahta Untuk Rakyat.
“Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah SWT atas penghargaan tertinggi Anugerah Hamengku Buwono IX yang diberikan oleh UGM. Terima kasih secara khusus kepada Sultan HB X bersama Keluarga Keraton Yogyakarta atas penganugerahan dengan penisbahan nama Sultan HB IX yang tentu sangat sarat makna,” ucap Haedar.
Haedar menyampaikan orasinya berjudul “Transformasi Mentalitas dan Kebudayaan Indonesia”. Ia menjelaskan, topik ini diangkat atas keprihatinannya terhadap sejumlah kejadian atau kasus belakangan ini. Menurutnya kejadian atau kasus tersebut sebagai fakta sosial yang menunjukkan adanya krisis atau peluruhan moral dan etika luhur bangsa belakangan ini.
Kasus paling menonjol ialah diberhentikannya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mewakili erosi moral dan etika para pejabat negara atau pejabat publik. Kasus paling baru mundurnya unsur pejabat pemerintahan sekaligus tokoh agama karena menyentuh persoalan kepatutan etika dalam berinteraksi sosial dengan sesama.
“Kita masih dapat mendaftar persoalan bangsa yang bersifat struktural seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, politik uang, politik transaksional, dan persoalan-persoalan politik yang juga menyentuh ranah moral dan etika,” tandas Haedar.
Sementara itu Rektor UGM, Ova Emilia mengatakan Anugerah Hamengku Buwono IX Tahun 2024 merupakan penghargaan bagi Warga Negara Indonesia yang memenuhi sifat dan kriteria sosok Sri Sultan HB IX. Dan pilihan UGM tahun ini ada pada Prof. Haedar Nashir. Beliau merupakan tokoh terpilih yang konsisten dan berkomitmen menjalankan setiap tugas pengabdiannya dalam bidang pendidikan, sosial, politik, dan kemanusiaan.
“Selamat kepada Prof. Haedar Nashir, yang telah menerima Anugerah Hamengku Buwono IX Tahun 2024. Penghargaan ini tentu menjadi amanah dan menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa sesuai dengan bidang kepakaran ataupun keilmuan kita masing-masing di masa mendatang,” ujarnya.
Beberapa tokoh lainnya yang telah mendapat Anugerah Hamengku Buwono IX diantaranya Herman Johannes, Mochtar Kusuma Atmadja, Selo Sumardjan, Teuku Jacob, Saparinah Sadli, Ajip Rosidi, Ahmad Syafii Maarif, Goenawan Mohamad, Jusuf Kalla, Retno Marsudi, Basuki Hadimuljono dan Perry Warjiyo.
Humas Pemda DIY