Jakarta,REDAKSI17.COM – Saham emiten teknologi hasil merger dua startup raksasa RI, GoTo Gojek Tokopedia, mengalami kejatuhan tarif pada beberapa hari lalu. Hal ini terjadi saat perusahaan itu baru hanya sekali menyelesaikan proses penambahan modal dengan menggandeng pemodal strategis lewat skema private placement.
Dalam aksi korporasi ini GOTO tercatat memperoleh dana segar hingga Rp 1,53 triliun setelah Bhinneka Holdings menyerap 17,04 miliar saham baru GOTO dalam tarif penyelenggaraan Rp 90/saham. Private placement dilaksanakan pada Selasa (10/10/2023) serta saham baru resmi dicatatkan pada hari Rabu (11/10/2023).
Meski meraup dana segar baru, pemodal terpantau malah ramai-ramai melepas saham GOTO.
Sebenarnya sejak Bhinneka Holdings yang dimaksud itu memperoleh dana dari lembaga keuangan global bagian dari Grup Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC), saham GOTO sudah pernah lama mengalami aksi jual yang digunakan digunakan signifikan. Tercatat sejak tanggal 3 Oktober atau ketika pengungkapan ke publik, saham GOTO tercatat hanya saja sekali mampu menguat satu hari perdagangan.
Sementara itu tekanan paling dalam terjadi sehari setelah saham baru resmi dicatatkan di area tempat mana pada Kamis (12/10) kemarin, saham GOTO ditutup melemah 7,59% ke Rp 73/saham. Bahkan pada perdagangan intraday, saham GOTO sempat terkoreksi tajam hingga 10% ke level Rp 71/saham.
Pada perdagangan Jumat (13/10), GOTO mencatatkan level terendah baru untuk perdagangan intraday di dalam dalam nilai Rp 68/saham.
Masih belum diketahui pasti penyebab utama pelemahan signifikan saham GOTO, apakah dikarenakan digerakkan penanam modal institusional atau diayun oleh ritel. Apakah penggalangan dana secara terus menerus dianggap sentimen negatif atau kata delusi menjadi momok bagi pemodal ritel.
IFC sendiri menyebut tujuan pengerjaan ekonomi dalam area GOTO adalah untuk mengupayakan inklusi keuangan juga juga merefleksikan visi bersama dalam meningkatkan akses lalu kemungkinan pada Indonesia.
Baik GOTO maupun IFC disebut akan berkolaborasi dalam menggerakkan pendalaman inklusi keuangan di tempat area Indonesia, masih ada 97 jt penduduk berusia dewasa belum atau kurang mendapatkan akses ke layanan perbankan (unbanked).
Dana hasil private placement disebut akan digunakan untuk banyak hal, termasuk modal kerja PT Dompet Anak Bangsa (Gopay) yang dimaksud digunakan merupakan salah satu kendaraan utama Grup GOTO meningkatkan inklusi keuangan.
Namun, kepanikan penanam modal akan penggalangan dana secara terus menerus juga mempunyai alasan kuat. Hal ini mengingat ini bukan kali pertama perusahaan melakukan penggalangan dana. Setelah melewati banyak putaran penggalangan dana swasta, GOTO juga akhirnya mengambil bagian memperoleh dana rakyat lewat IPO tahun lalu. Dana segar dari IPO juga bukan sedikit yakni nyaris mencapai Rp 14 triliun.
Sebagai catatan kas atau setara kas GOTO pada akhir Juni tercatat Rp 24,44 triliun turun dari akhir Desember tahun lalu yang tersebut mana berada dalam hitungan Rp 29 triliun. Dengan asumsi kecepatan tersebut, finansial runway GOTO diharapkan masih akan bertahan setidaknya nyaris 48 bulan atau 4 tahun.
Kondisi neraca keuangan GOTO relatif resilien dengan rasio likuiditas terjaga baik, belum lagi perusahaan juga sudah dilaksanakan melakukan restrukturisasi demi menjaga kinerja keuangan.
Namun, pemodal masih menyimak dengan seksama bagaimana GOTO mampu membalikkan keadaan kemudian akhirnya mencetak laba sehingga dapat menjadi emiten kebanggaan karya anak bangsa.
Saat ini merugikan per saham (EPS) dasar yang mana disetahunkan mencapai negatif Rp 12, turun dari negatif Rp 33 tahun lalu. Angka ini secara konsisten mengalami perbaikan dari EPS negatif Rp 159 tahun 2021 juga negatif Rp 497 tahun 2020 kala beban pemasaran untuk ekspansi masih membengkak.
Perusahaan juga sudah dijalani berjanji akan mencapai EBITDA positif pada tiga bulan terakhir (kuartal IV) 2023 atau lebih tinggi tinggi cepat dari ambisi semula, demi memikat balik kepercayaan investor.
Kinerja GOTO yang digunakan dimaksud semakin membaik, terlihat dari kerugian yang tersebut makin berkurang, mengambil bagian diapresiasi oleh analis yang tersebut hal tersebut mana konsensus Refinitiv memberikan target nilai Rp 133 untuk saham GOTO. Sebanyak 714 analis memberikan rekomendasi beli, 5 rekomendasi tahan serta tiada ada yang tersebut yang disebut memberikan rekomendasi jual.
Foto: RefinitivPergerakan nilai saham GOTO |
Dilusi Jadi Momok?
Penjelasan lain terkait aksi jual besar-besaran pada area saham GOTO juga dapat dikaitkan dengan ketakutan pemodal akan delusi saham, yang mana mana mana sejatinya ini tiada mempunyai relevansi banyak bagi pemodal ritel dengan kepemilikan saham kecil. Selain itu, delusi dari private placement kali ini juga nyatanya relatif kecil. Sebagai gambaran kepemilikan Alibaba dalam GOTO turun dari 8,84% menjadi 8,72%.
Sebagai catatan, penambahan modal lewat skema private placement sering kali direspons negatif oleh para penanam modal yang mana pada akhirnya menciptakan nilai saham perusahaan turun.
Sebagian pelaku pasar menilai bahwa aksi korporasi emiten ini tiada adil oleh sebab itu merekan tentu tidaklah diberikan hak HMETD untuk mendapatkan private placement dari saham baru perusahaan yang tersebut digunakan akan diterbitkan sehingga porsi saham merek secara persentase berkurang, meskipun secara jumlah total agregat unit tak berkurang (dilusi).
Keniscayaan dilusi saham terjadi lantaran jumlah agregat agregat saham beredar dalam area rakyat bertambah dengan penerbitan saham baru ini.
Banyak pengamat mengemukakan bahwa penurunan nilai tukar saham setelah rilis pengumuman private placement terjadi tambahan oleh sebab itu faktor psikologis.
Reaksi ini timbul akibat beberapa hal, salah satunya laba per saham atau earning per share (EPS) – jika perusahaan mencatatkan laba – saham menjadi turun. Sentimen negatif lainnya berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.

Foto: Refinitiv



