Yogyakarta (07/02/2025) REDAKSI17.COM – Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XX Tahun 2025 resmi dibuka oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Kamis (06/02) malam di Titik Nol, Yogyakarta. Sri Sultan pun mengajak segenap masyarakat Jogja untuk berupaya menjadikan event tahunan yang menjadi bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek ini, sebagai wujud integrasi sosial, ekonomi, dan budaya menuju Indonesia Baru yang lebih menyatu.
“Bagaimanapun, setiap suku adalah bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia, di mana karakter khas ini tidak perlu dihilangkan identitasnya. Suku Batak, Minang, Jawa atau Bugis, tetap bisa melestarikan kebudayaannya. Demikian juga keturunan Tionghoa, yang berpotensi turut ‘menyehatkan’ dan ‘menguatkan’ tubuh bangsa Indonesia,” tutur Sri Sultan.
Oleh karena itu, Sri Sultan menyebutkan, PBTY XX 2025 menjadi momentum untuk merenung kembali, bagaimana membangun semangat keIndonesiaan, seiring tema yang diusung kali ini, yakni ‘Seni dan Budaya Membentuk Karakter Bangsa’. Dikatakan Sri Sultan, jika budaya adalah ciri suatu bangsa, dan ciri-cirinya diperoleh lewat proses belajar dan interaksi, maka proses itu adalah proses integrasi dalam hidup yang penuh toleransi.
“Melalui tema ‘Seni dan Budaya Membentuk Karakter Bangsa’ ini, kita diajak untuk merenungi hakikat budaya, sebagai roh yang menghidupi peradaban. Karena sebagaimana Bung Karno pernah berujar, bahwa kreasi kultural bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga menjadi upaya pengayaan wawasan sebagai bagian dari perjuangan. Semuanya adalah bagian esensial dalam proses nation-building,” jelas Sri Sultan.
Lebih lanjut, Sri Sultan pun menambahkan bahwa konon dalam kosmologi China, unsur kayu dalam tahun ular ini, membawa aura kehormatan, kekayaan, dan kemakmuran. Tahun Ular Kayu, juga menandai periode yang diyakini membawa energi transformasi, pertumbuhan, dan kreativitas. Transformasi, pertumbuhan, dan kreativitas inilah yang sudah seharusnya menjadi modal sosial, dalam upaya pembangunan dan kebangsaan.
“Saya berharap, komunitas Tionghoa tetap dapat bersinergi dan berkolaborasi untuk turut serta menguatkan Jogja Istimewa dan Indonesia agar semakin maju. Semoga kita mampu meneguhkan semangat kebudayaan yang lebih terpadu dan menyatu,” ucap Sri Sultan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PBTY XX 2025 Antonio Simon dalam laporannya mengungkapkan, PBTY ke-20 tahun 2025 ini akan dilaksanakan selama 7 hari, mulai 6-12 Februari 2025di Kampung Ketandan. Tahun ini pun merupakan kesempatan istimewa lantaran pihaknya dapat berkolaborasi dengan Teras Malioboro Ketandan.
Dikatakan Simon, beberapa kegiatan yang digelar dalam PBTY tahun ini antara lain, yaitu Ketandan Street Food Festival, hiburan panggung utama kesenian dan atraksi barongsai, pameran sejarawan Tionghoa dan peran serta dalam membangun bangsa Indonesia, berbagai lomba untuk anak-anak, pertunjukan wayang potehi, dan juga pawai carnaval dengan tajuk Malioboro Imlek Carnival.
“Dengan tema ‘seni dan budaya membentuk karakter bangsa’, acara ini diharapkan dapat mengingatkan kita bahwa suatu bangsa yang hebat adalah adalah bangsa yang mempunyai karakter yang kuat. Dengan belajar seni melestarikan budaya kita menjadikan pribadi yang santun alim dan membentuk karakter yang kuat untuk membangun suatu bangsa yang hebat,” kata Simon.
Pembukaan PBTY XX 2025 yang digelar di Titik Nol tersebut pun berlangsung meriah dan penuh antusias dari ribuan masyarakat yang ingin menyaksikan pawai Malioboro Imlek Carnival dari Abu Bakar Ali menuju Titik Nol km. Berbagai pertunjukan memukau ditampilkan, seperti atraksi liong tradisional dan barongsai dari Hoo Hap Hwee Yogyakarta, pertunjukan silat dari paguyuban bangau putih Yogyakarta, wushu, Drumband Gita Dirgantara, dan berbagai pertunjukan seni lainnya.
Humas Pemda DIY