Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berkomitmen untuk menjaga kestabilan harga dan memastikan ketersediaan pasokan barang menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Langkah ini diambil guna mengantisipasi lonjakan permintaan yang biasanya terjadi saat bulan suci Ramadan dan Idul Fitri.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah strategis guna mengendalikan inflasi dan memastikan distribusi bahan pokok tetap lancar.
“Kita semua memiliki tanggung jawab dalam menjaga kondisi perekonomian agar tetap stabil. Harapannya, inflasi di Kota Yogyakarta bisa terkendali sehingga tidak memberatkan masyarakat maupun pelaku usaha,” ujar Sugeng saat High Level Meeting (HLM) TPID Kota Yogyakarta di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Kamis (13/2).
Salah satu fenomena yang sering terjadi menjelang HBKN adalah meningkatnya permintaan masyarakat terhadap berbagai kebutuhan seperti bahan makanan dan sandang, yang berpotensi mendorong kenaikan harga. Oleh karena itu, Pemkot Yogyakarta menerapkan beberapa langkah utama untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Tentu kita akan menjaga ketersediaan pasokan, melakukan pemantauan dan koordinasi dengan distributor, pemasok, serta produsen bahan pokok agar ketersediaan barang tetap aman. Selain itu, kerja sama dengan daerah penghasil bahan pangan terus diperkuat untuk mengurangi potensi kelangkaan. Kemudian memastikan lalu lintas distribusi barang berjalan tanpa hambatan,” ungkap Sugeng.
Inflasi Kota Yogyakarta pada tahun 2024 tercatat sebesar 1,73 persen, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,17 persen. Meski demikian, menjelang HBKN, tekanan inflasi berpotensi meningkat akibat lonjakan permintaan. Menurut Sugeng, langkah mitigasi terus dioptimalkan agar kenaikan harga dapat dikendalikan dan aktivitas ekonomi tetap berjalan dengan baik.Selain itu koordinasi lintas sektor akan terus diperkuat guna memastikan efektivitas kebijakan yang telah dirancang.
“Kami berharap dengan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, situasi ekonomi menjelang HBKN tetap terkendali sehingga semua pihak dapat menjalankan ibadah dan merayakan hari besar keagamaan dengan tenang dan nyaman,” pungkasnya.
HLM TPID Kota Yogyakarta di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Kamis (13/2).
Kepala BPS Kota Yogyakarta, Mainil Asni mengungkapkan bahwa dalam tiga tahun terakhir (2022-2024), inflasi cenderung meningkat menjelang bulan puasa dan Idul Fitri. Tren ini menunjukkan bahwa periode tersebut menjadi momen kritis dalam pengendalian harga di pasar.
“Kenaikan harga menjelang Lebaran selalu terjadi setiap tahun. Pada 2022, inflasi tertinggi terjadi pada bulan April karena Lebaran jatuh di bulan Mei. Pola serupa juga terlihat pada 2023 dan 2024,” tambah Mainil.
Berdasarkan perkiraan, Idul Fitri 2025 kemungkinan jatuh pada awal April atau akhir Maret, sehingga lonjakan harga berpotensi terjadi dalam enam bulan ke depan. Oleh karena itu, langkah-langkah antisipatif perlu dipersiapkan sejak dini untuk menjaga kestabilan harga dan daya beli masyarakat.
“Dengan memahami pola ini, kita bisa mengambil langkah preventif agar dampaknya terhadap masyarakat tidak terlalu besar,” ujarnya.
Menjelang Ramadan dan Idulfitri 2025, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berupaya menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok dan memastikan ketersediaan stok di pasar-pasar tradisional. Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani, menegaskan bahwa berbagai langkah strategis telah disiapkan untuk mengendalikan inflasi agar tidak membebani masyarakat.
Menurut Ambar, pihaknya telah mengembangkan berbagai inovasi dalam pengendalian harga sejak 2016, salah satunya melalui program Kios Segoro Amarto yang kemudian berkembang menjadi Warung Mrantasi. Kios Segoro Amarto sebagai titik pantauan harga rujukan bahan pangan pokok. Kios ini juga menjadi referensi bagi para pedagang di pasar rakyat. Sementara program Warung Mrantasi melibatkan pedagang dalam menjaga stabilitas harga dengan tetap memberikan keuntungan yang wajar.
“Tahun lalu, kami melibatkan 25 pedagang sembako di Pasar Beringharjo. Tahun ini, program akan diperluas ke Pasar Sentul dan Pasar Prawirotaman dengan tambahan 35 pedagang,” jelasnya.
Ambar mengungkapkan telah menyiapkan dua agenda utama, yaitu operasi pasar yang akan dilakukan di beberapa lokasi untuk memastikan pasokan barang tetap tersedia dan harga tetap stabil. Pemkot Yogya bekerja sama dengan Bulog dan distributor guna memastikan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok. Serta asar Murah di 14 Kemantren, yang akan dimulai pertengahan Februari hingga Maret 2025. Setiap kemantren mendapat alokasi 4 ton bahan pokok, sementara tiga kemantren dengan jumlah warga miskin lebih tinggi akan mendapatkan 6 ton.
“Masyarakat cukup membawa KTP sesuai domisili kemantren tempat pasar murah berlangsung. Kami memastikan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), agar masyarakat bisa mendapatkan barang dengan harga terjangkau informasi melalui kemantren dan media sosial resmi untuk t mengetahui harga pasarnya,” ujar Ambar.
Menurutnya, kenaikan harga saat Ramadan juga dipicu oleh meningkatnya konsumsi masyarakat. Selain kebutuhan rumah tangga, para pelaku UMKM dan pedagang kuliner juga membeli lebih banyak bahan baku untuk produksi makanan seperti roti dan takjil.
“Keunggulan Yogyakarta adalah komunikasi yang baik antara pemerintah, Bulog, dan distributor, sehingga distribusi lebih mudah dibandingkan daerah lain. Setiap hari kami update harga bahan pangan pokok melalui aplikasi Jogja Smart Service (JSS) agar bisa melihat harga secara real-time,” tegas Veronica.