Jakarta,REDAKSI17.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya tren negara-negara dalam dunia melakukan pembatasan atau larangan ekspor materi pangan berlaku sepanjang 2023. Komoditas yang digunakan yang dilarang atau dibatasi ekspornya adalah beras, gula, jagung, serta gandum.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjabarkan, larangan ekspor beras diimplementasikan oleh India, Rusia juga Bangladesh serta Uganda. Dari catatan BPS, India sudah pernah melakukan restriksi sejak Juli 2023, sementara Uganda, Rusia, serta Bangladesh sejak Juni 2023.
Sementara yang mana dimaksud restriksi ekspor jagung adalah Rusia, Belarus, Kosovo, Uganda kemudian Serbia. Dan, restriksi ekspor gandum oleh India, Kosovo, Afghanistan lalu juga Rusia.
Larangan maupun pembatasan ekspor beberapa komoditas pangan hal itu sudah menyebabkan pengetatan pasokan ke pasar global. Hal ini juga memicu efek psikologis bagi pasar, di area tempat mana negara-negara berlomba-lomba mengajukan pembukaan keran impor ke India. Yang kemudian berdampak pada kenaikan nilai jual di tempat dalam pasar internasional.
Bagaimana dampak larangan ekspor beras oleh India bagi Indonesia?
“Beberapa negara yang tersebut itu melakukan restriksi beras adalah India, Bangladesh, kemudian Rusia. Sejak India melakukan restriksi atau pun larangan ekspor sejak Juli tahun ini, proporsi impor beras dari India terus mengecil bahkan semakin kecil pada bulan-bulan terakhir,” jelas Amalia dalam konferensi pers dikutip Selasa (17/10/2023).
“Proporsi impor beras jika India belaka memberikan kontribusi sebesar 0,39% dari total impor beras. Hal ini dikarenakan memang kebijakan restriksi ekspor di dalam area India. Oleh sebab itu impor kita beralih ke negara lain, sehingga proporsi impor beras Indonesia paling besar dari Vietnam (74,06%) serta Thailand (34,35%),” paparnya.
Sementara, meskipun Bangladesh lalu Rusia melarang ekspor beras, tak berdampak langsung ke Indonesia oleh sebab itu memang bukan negara jika impor beras utama Indonesia.
Lalu bagaimana efek restriksi ekspor gula oleh India?
Amalia menerangkan, negara-negara yang digunakan hal tersebut melakukan restriksi ekspor gula adalah India, Lebanon, lalu Pakistan.
“Sama seperti beras, proporsi gula selama India yang digunakan dimaksud cukup dalam tempat bulan-bulan awal 2022 dan juga juga 2023, terus mengalami penurunan sejak India melakukan restriksi ekspor,” tuturnya.
“Sehingga pada bulan September 2023 proporsi gula jika India bahkan sangat kecil akibat restriksi ekspor yang tersebut hal tersebut diterapkan India. Oleh sebab itu proporsi impor gula paling besar dari Thailand (58,76%) lalu juga Brasil (39,41%),” ujar Amalia.
Amalia menambahkan, restriksi ekspor gula oleh Lebanon serta Pakistan tak berdampak langsung terhadap impor gula Indonesia oleh sebab itu keduanya bukan merupakan negara dengan syarat impor utama.
Meningkat
Sementara itu,menurut laporan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), negara-negara anggota WTO melakukan pembatasan perdagangan dengan kecepatan yang mana mana meningkat – untuk pertama kalinya sejak 2009.
Dikutip dari laporan Bank Dunia, sejak perang dalam area Ukraina, kebijakan terkait perdagangan yang dimaksud dimaksud diberlakukan oleh negara-negara sudah pernah diimplementasikan melonjak.
Krisis pangan global sebagian diperburuk oleh meningkatnya jumlah total keseluruhan pembatasan perdagangan pangan yang digunakan dimaksud diberlakukan oleh negara-negara dengan tujuan meningkatkan pasokan domestik juga menurunkan harga.
Di pertengahan tahun ini, restriksi ekspor substansi pangan juga dipengaruhi oleh penurunan produksi akibat kondisi iklim yang tersebut itu tiada ada menentu.