Home / Daerah / Wakil Bupati Resmikan Lumbung Mataraman Dewi Sri

Wakil Bupati Resmikan Lumbung Mataraman Dewi Sri

Kulon Progo,REDAKSI17.COM –  Wakil Bupati Kulon Progo resmikan Lumbung Mataraman “Dewi Sri” di Kalurahan Purwosari, Kapanewon Girimulyo, Kulon Progo, Rabu (9/4/2025). Sebagai bentuk doa dan rasa syukur kepada Tuhan yang maha kuasa atas hasil panen yang melimpah sebelum peresmian lumbung Mataraman, terlebih dahulu diadakan wiwitan. Adat wiwitan ini terus dilestarikan hingga saat ini oleh masyarakat Purwosari.

Lumbung Mataraman merupakan upaya pemerintah DIY dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ketahanan pangan.

Wakil Bupati Kulon Progo, Ambar Purwoko berharap Lumbung Mataraman Dewi Sri tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar, dan umumnya pada Kulon Progo yang sejak tahun 2017 sampai 2024 sebanyak 32 Kelompok Wanita Tani (KWT) telah mendapatkan bantuan kegiatan lumbung Mataraman.

 

“Kita harus berterimakasih pada Pemerintah Provinsi DIY, karena sudah memperhatikan petani dengan baik. Lumbung Mataraman ini menjadi refleksi filosofi leluhur, yakni Nandur apa Sik di Pangan, Lan Mangan Opo Sik di Tandur,” kata  Ambar.

Hal senada disampaikan Lurah Purwosari, Sri Murtini, ia juga berharap lumbung Mataraman yang diresmikan bermanfaat bagi masyarakat Purwosari.

“Lumbung Mataraman ini panjang prosesnya. Dimulai dari tahun 2024, dimana izin dari Gubernur DIY turun untuk kegiatan ini. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk mengelola Lumbung Mataraman ini,” ujar Sri Murtini.

 

Paniradya Pati Kaistimewan DIY Aris Eko Nugroho, mengatakan, semua tempat yang akan menjadi lumbung Mataraman, talah dievaluasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Jika dinilai layak, maka kemudian akan diberikan anggaran sebesar Rp.750 juta.

“Model pertama ini tidak semua berjalan baik, sehingga diharapkan beberapa lumbung Mataraman di Kulon Progo bisa dicermati. Banyak yang tidak konsentrasi di satu tempat sehingga hasilnya kurang optimal,” terang Aris.

Sementara itu Model kedua, menurut Aris, adalah rintisan Lumbung Mataraman, dibawah binaan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang.

“Jadi ada BKK pertanahan dengan aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan pertanian, peternakan, perkebunan atau lainnya. Kurang lebih ada 38 Kalurahan yang mendapat alokasi model kedua ini. Model ketiga yakni adalah dengan model hasil berkelanjutan. Model ketiga ini belum banyak mendapat respon dengan hasil berkelanjutan,” tutur Aris.

Aris berharap, Lumbung Mataraman di Purwosari bisa menjadi pembeda. Ada tindak lanjutnya, agar mendapatkan hasil yang optimal.

 

Source: media center

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *