Yogyakarta (11/04/2025) REDAKSI17.COM – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menekankan pentingnya penataan kawasan Malioboro dan Tempat Khusus Parkir (TKP) Abu Bakar Ali, dengan cepat, tepat dan bijak. Kepada Wali Kota Yogyakarta Hasto Wadoyo, Sri Sultan menekankan, harus ada empati terhadap semua yang terdampak penataan, khususnya TKP Abu Bakar Ali.
Pesan ini disampaikan pada Rakor Pengembangan Infrastruktur dan Objek Wisata Kota Yogyakarta, bersama dengan Wali kota Yogyakarta, pada Jumat (11/04) di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Rakor ini juga dihadiri oleh Wakil Walikota Yogyakarta, Sekda DIY beserta seluruh kepala OPD DIY, dan Sekda Kota Yogyakarta beserta seluruh jajaran.
Menurut Sri Sultan, penataan TKP Abu Bakar Ali memberikan dampak bagi banyak pihak, terutama tukang parkir. Sri Sultan mengatakan, keberadaan tukang parkir ini perlu dikelola dengan baik. Perlu ada alternatif solusi untuk masalah ini.
“Tolong perhatikan tempat dan juru parkir yang ada, dan cari solusi yang cepat dan efisien. Kami tidak ingin masyarakat menjadi korban dari kebijakan yang tidak tepat,” ungkap Sri Sultan.
Sri Sultan berharap semua pihak terutama Kota Yogyakarta, dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, termasuk dalam menghadapi bencana alam dan masalah sosial lainnya. “Mari kita berempati kepada masyarakat dan tidak merasa berkuasa. Tetapi berkuasa untuk kepentingan masyarakat dengan tulus dan ikhlas. Kita harus menyelesaikan semua masalah ini dengan baik,” tutur Sri Sultan.
Sementara untuk pengelolaan Malioboro, Sri Sultan mengatakan, Hasto dan jajaran perlu mengedukasi pada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan. Petugas kebersihan yang bekerja keras, seharusnya dibarengi dengan kesadaran pengelolaan sampah. Ia mengingatkan, kebersihan adalah tanggung jawab bersama, dan masyarakat harus diajak untuk berpartisipasi aktif.
Gubernur DIY ini mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi kawasan tersebut yang semakin kumuh akibat parkir sembarangan dan kurangnya kesadaran pengunjung. “Dulu, becak di Malioboro hanya diparkir di tempat yang ditentukan, tetapi sekarang banyak yang parkir sembarangan. Hal ini membuat Malioboro terlihat kumuh dan tidak sedap dipandang,” jelasnya.
Sri Sultan juga menekankan perlunya kerjasama antara pemerintah kota dan provinsi dalam pengelolaan anggaran untuk Malioboro. “Jika Kota Yogyakarta perlu kami dari provinsi untuk membantu, silakan sampaikan. Tanpa kerjasama, kami tidak bisa menganggarkan dana karena ini adalah kewenangan kota,” tegasnya.
Selain itu, Sri Sultan juga menekankan pentingnya integrasi antara APBD provinsi dan kabupaten/kota. Setiap tahun, tema APBD seringkali berbeda-beda, padahal seharusnya saling terintegrasi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Ia berharap agar Walikota dan para pemimpin daerah lainnya dapat merasakan apakah informasi dan tema yang ada sudah terintegrasi dengan baik.
APBD kabupaten/kota memerlukan rekomendasi dari gubernur sebelum disetujui oleh DPRD. Rekomendasi yang diberikan harus fundamental. Jika ada kesalahan, harus diperbaiki sebelum disampaikan ke provinsi untuk evaluasi resmi. Proses pengesahan APBD harus dapat diselesaikan pada awal bulan Oktober, sehingga ada waktu untuk membahas hal-hal strategis yang mungkin tertinggal.
Ditemui usai rapat, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengatakan ada pesan penting dari Sri Sultan mengenai pentingnya sinkronisasi antara program pembangunan kota dan provinsi. “Sebagai wali kota baru, kami mendapatkan arahan dari Pak Gubernur agar tema pembangunan di kota menjadi bagian dari sub-tema pembangunan di provinsi. Ini penting agar program-program yang ada di kota dapat terintegrasi dengan baik,” ungkap Hasto.
Dalam hal kebersihan, Hasto menekankan perlunya menjaga kebersihan Malioboro, salah satu ikon kota Yogyakarta. Malioboro sesuai arahan Sri Sultan, masih perlu dibersihkan lebih baik lagi.
“Kami akan memastikan bahwa area-area di bawah gorong-gorong Malioboro tidak kumuh,” ujarnya.
Selain itu, kepada Gubernur DIY Hasto juga memaparkan mengenai rencana pengembangan wilayah selatan Yogyakarta. Hal ini termasuk pengembangan Terminal Giwangan untuk menampung bus besar agar tidak masuk ke dalam kota.
“Kami akan merencanakan shuttle untuk menghubungkan terminal dengan pusat kota,” jelasnya.
Tidak ketinggalan, sampah menjadi hal yang turut dibahas penanganannya. Hasto mengatakan bahwa proses pembangunan dan kebersihan kota akan dilakukan secara bertahap dan terencana. Ia dan jajaran berkomitmen untuk membangun Yogyakarta menjadi kota yang lebih baik dan bersih.
“Kami akan menyelesaikan masalah-masalah kecil satu per satu, agar Yogyakarta tetap bersih dan nyaman bagi warganya,” tutupnya.
Humas Pemda DIY