Momen Azizah Salsha gigit bahu suaminya ini terjadi di area Bandara, usai kepulangan Pratama Arhan setelah berlaga bersama Timnas Indonesia di area leg kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026. Aksi perempuan berusia 20 tahun ini terekam Instagram pribadi salah individu teman Azizah Salsha, yang tersebut sedang menyalakan kamera ponsel.
Tampak Arhan yang mana tengah berjalan sembari memeluk pinggang istrinya, lalu Azizah yang asik menyandarkan tangannya ke pundak Arhan tetiba melakukan gerakan tak disangka, yaitu menengok ke arah kiri pundak suaminya lalu mengigit dengan sangat cepat dan juga kembali ke posisi awal.
Arhan yang digunakan mendapat serangan tiba-tiba itu, cuma sedikit mengeluh kesakitan tapi pilih tak berbuat apapun, dengan tetap memeluk tubuh Azizah. Tapi, uniknya putri Anggota DPR-RI Andre Rosiade itu baru menyadari aksinya hal itu terekam kamera milik temannya. Tapi setelahnya Azizah berusaha lari sambil menggandeng lengan suaminya, tapi Arhan tampak bergeming.
Melansir The Mix Jumat (20/10/2023) gigitan cinta adalah memar yang dimaksud disebabkan pendarahan di dalam bawah kulit. Kondisi ini biasanya terjadi sebab pasangan menghisap leher tapi mampu terjadi di tempat bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dalam istilah medis disebut dengan hiperpigmentasi yang disebabkan keluarnya darah dari pembuluh di area bawah kulit.
Tapi yang dimaksud perlu diingat, gigitan cinta harus dijalankan atas dasar suka serupa suka. Sehingga pasangan harus menghormati, ketika merekan berkata bukan menyukainya.
Selain gigitan cinta, mengutip Times of India, rasa gemas seperti yang tersebut dialami Azizah Salsha diduga sebagai cute aggression atau serangan geregetan, sebagai tindakan secara tiba-tiba mengigit pasangan atau temannya.
Menurut penelitian yang mana dijalankan ilmuwan psikologi di dalam Universitas Yale, keinginan untuk menggigit atau meremas apapun yang dimaksud kita anggap sangat lucu sebenarnya adalah reaksi neurokimia.
Menurut para peneliti kondisi ini pada dasarnya adalah cara otak mencegah terlalu kewalahan dan juga terganggu. Tindakan ini membantu dalam mengatur emosi positif yang dialami seseorang, setelah melihat anak anjing atau bayi yang dimaksud menggemaskan sehingga tiada melukainya.
Penulis studi Yale Oriana Aragon menyebutnya sebagai alat untuk mengontrol ekspresi dimorf. Tindakan ini juga dianggap sebagai salah satu pengaturan emosi yang dianggap berlebihan, sehingga tujuannya adalah agar mendapatkan kembali keseimbangan emosi yang mana dirasakan.
