Gunungkidul (01/05/2025) REDAKSI17.COM – Ratusan penari dari berbagai kalangan maupun usia, dari pelajar hingga pelaku seni, dari pengajar hingga maestro tari tampil memukau dalam pentas Jogja Joged (Joged) 2025 di Taman Budaya Gunungkidul (TBG), Selasa (29/04) malam. Event persembahan solidaritas 500 seniman dan seniwati lintas generasi se-DIY dan internasional bersama Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY tersebut dalam rangka memperingati Hari Tari Dunia 2025 yang jatuh setiap tanggal 29 April.
Memasuki tahun kelima penyelenggaraan, Joged 2025 mengusung kearifan lokal wilayah di DIY bertajuk ‘ Sajivancala’. Sajivancala adalah sebuah representasi proses pergerakan yang terbungkus dalam spirit visioner. Berasal dari bahasa Kawi dan Sansekerta, yaitu Sajiva / Sajeeva, artinya bersatu atau bersama dalam kehidupan, dan Ancala adalah nama lain atau sapaan Gunung dalam bahasa Kawi. Solidaritas dan loyalitas mendasari sebuah pergerakan yang mengarah pada spirit visioner. Berlokasi di TBG, ajang Joged 2025 digelar mulai Senin (28/04) hingga Selasa (29/04).
Hadir dalam acara tersebut Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, Paniradya Pati Paniradya Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Chairul Agus Mantara serta sejumlah tamu undangan lainnya.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti menyatakan DIY dikenal kaya akan ragam seni dan budaya yang adiluhung, salah satunya seni tari. Seni tari ini harus tetap dilestarikan, seperti adanya Jogja Joged 2025 dalam rangka memperingati Hari Tari. Pihaknya menampilkan pagelaran tari Tayub masal yang di lakukan pelajar SMA dalam Joged 2025. Tari Tayub yang ditarikan dengan luwes ini merupakan tarina ikonnya Gunungkidul.
“Ajang kreasi seni untuk tetap lestari. Karena Bung Karno seperti dalam petuahnya, Jas Merah “Jangan Sekali kali Melupakan Sejarah”. Maka harapan kami, seni tari ini juga tidak dilupakan akan tetap dilestarikan karena bagian dari warisan budaya nenek moyang kita,” ujar Endang dilanjutkan membuka Joged 2025 didampingi Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dengan memukul gong
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan Jogja Joged merupakan gelar karya yang menjadi simbol solidaritas dan semangat kreativitas insan seni tari se-DIY. Dalam rangka nguri-uri kabudayan yakni menjadi garda terdepan dalam upaya-upaya pelestarian seni tari di DIY Ini patut dibanggakan bersama, sebab gerakan ini lahir secara organik dari buah pikir dan kesadaran pelaku seni tari itu sendiri, yang di gagas dan diselenggarakan secara mandiri sebagai wujud dedikasi dan kecintaan terhadap seni tari sejak 2021.
“Kami menangkap semangat teman-teman Jogja Joged dan mulai terlibat memberikan dukungan sejak 2023. Pada 2023 atau tahun ketiga diselenggarakan di Taman Budaya Kulon Progo, kemudian pada 2024 diselenggarakan di Museum Gunung Merapi Sleman, hingga tiba pada 29 April 2025 diselenggarakan di TBG dengan Tari Tayub sebagai highlight. Tari Tayub dipilih sebagai wujud semangat kepenarian Gunungkidul yang juga telah secara resmi tercatat sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) pada 2018,” ungkap Dian.
Acara dibuka tepat pukul 20:00 WIB dengan sajian Welcome Dance berupa Tari Bedhayan Wonoasri oleh Foresta Handayani, Forum Seni Tari Kab. Gunungkidul. Usai pembukaan, disajikan tarian Jogja Gumregah oleh perwakilan Instansi Pendidikan Seni diantaranya SMKN 1 Kasihan, AKN Seni dan Budaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pertunjukan tersebut mencerminkan Yogyakarta adalah pusat pengembangan seni tidak hanya di kalangan masyarakatnya namun juga di kalangan cendekia.
Tak lama berselang, acara dilanjutkan dengan penampilan karya para maestro-maestro Seni Tari Yogyakarta diantaranya Sumandiyo Hadi dengan Setyastuti. Dilanjutkan penampilan penari tamu asal Jepang yaitu Tomomi Yokozuka. Sebagai penutup sesi pertama disajikan penampilan penari ikon 4 kabupaten 1 Kota diantaranya Agus Sukina (Sleman), Sudiharto (Kota Yogyakarta), Danang Nur (Kulonprogo), Rini Widyastuti (Bantul), Suhartanti (Gunungkidul).
Dari auditorium kemudian tamu undangan dan penonton umum diarahkan menuju pendopo TBG untuk melanjutkan acara ke sesi kedua. Ada sajian kolase karya tari yang menggambarkan perjalanan Jogja Joged dari 2021 hingga 2025. Lalu pemberian cinderamata pada komposer-komposer musik Jogja Joged, serta pemberian Anugerah pada Mbah Gunem, seorang Maestro Tari Tayub dari Gunungkidul yang hingga usianya 75 tahun masih aktif sebagai penari Tayub.
Pada penghujung acara, sajian yang menjadi penutup Jogja Joged 2025 adalah Tari Tayub yang dimainkan oleh 300 orang perempuan penari lintas generasi. Dipimpin Mbah Gunem, penampilan 300 orang penari di Pendapa TBG menciptakan suasana yang magis dan agung. Penampilan tari Tayub masal ini pun berhasil memukau para penonton.
Humas Pemda DIY